Hai Sisters! Harus diakui betapa sulitnya menjadi orangtua di zaman digital seperti sekarang ini, bukan? Siapa yang setuju? Anak-anak yang belum berusia tiga tahun sudah memegang gadget seperti smartphone atau tablet. Orangtua pun cenderung memberikan begitu saja perangkat digital bergerak tanpa tahu risiko yang menghantui anak mereka.
Ketika anak memasuki masa remaja, datanglah serangan situs media sosial yang tidak bisa dihindari, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter dan aplikasi lainnya. Isu-isu penting muncul mulai dari sexting dan cyberbullying yang menghabiskan banyak waktu online anak dibanding mengerjakan pekerjaan rumah. Lalu apa yang harus dilakukan orangtua?
Berbicara dengan anak, adalah langkah yang pertama bisa kamu sebagai orangtua lakukan. Kedengarannya sederhana, tetapi hal nomor satu sebagai indikator digital parenting yang baik adalah menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan anak-anak. Bicara lebih awal dan sering dengan anak. Ciptakan sebuah dialog langsung yang berkelanjutan yang akan bergerak dan bergeser sesuai dengan tahap perkembangan penting anak. Tetap tenang. Jadilah terbuka dan langsung, serta jangan pernah bosan berbicara dengan anakmu, Sisters. Dampingi mereka di saat-saat penting seperti saat menginjak usia 13 tahun, lalu saat pertama kali memiliki gadget, saat mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM).
Lalu, langkah kedua kamu harus bisa mendidik diri sendiri. Yup! Didik dirimu sendiri untuk menguasai hal-hal yang dikuasai oleh anak, Sisters. Cari dan belajarlah menguasainya sehingga kamu tahu manfaat dan kekurang suatu aplikasi atau teknologi tertentu hingga bisa menjelaskan kepada anak anda baik-buruknya aplikasi atau teknologi tersebut. Ketika anak menggunakan aplikasi yang sebelumnya telah kamu kuasai, kamu dapat menerangkan kepadanya, berkolaborasi dengannya atau bahkan saling memberikan komentar.
Yang ketiga, kamu juga harus menggunakan Parental Control. Semua sistem operasi utama, mesin pencari, provider ponsel dan platform game menyediakan parental control gratis atau murah untuk membantumu mengelola pengalaman online anak-anak, Sisters. Aktifkan fitur keamanan dan dampingi mereka saat ingin menggunakan gadget untuk berselancar di dunia internet.
Yang tak kalah penting adalah, menentukan aturan dan terapkan sanksi. Banyak orang tua tidak tahu di mana untuk memulai dalam menciptakan aturan untuk anak-anak ketika mereka menggunakan perangkat digital. Untuk itu, kamu bisa memulainya dengan yang sederhana, misalnya tidak boleh menggunakan perangkat saat makan malam dan menyerahkan ponsel mereka di malam hari. Setelah kamu menetapkan aturan, aturan tersebut harus ditegakkan dan bila anak melanggar harus dikenakan sanksi, Sisters.
Sisters, langkah selanjutnya kamu harus bisa temani dan ikuti, tetapi jangan stalking. Ketika anak remajamu membuka akun Facebook-nya pada usia 13, pastikan orangtua adalah teman pertamanya. Ikuti akun anak-anak di Twitter dan YouTube. Jangan berlebihan dengan meninggalkan komentar setiap hari. Ada baiknya untuk tetap dekat dengan anak remajamu ketika ia membuka langkah pertamanya ke dunia media sosial. Namun, jangan tergoda untuk memata-matai mereka. Berbicaralah, bukan menguntit untuk membangun kepercayaan. Berikan remaja ruang untuk bereksperimen, untuk mengambil risiko sehat dan membangun ketahanan dirinya, ya, Sisters.
Nah, yang ini tak kalah penting, jelajahi, berbagi dan rayakan! Jangan lupa untuk online bersama anak-anakmu, Sisters. Bermain game, menonton video, berbagi foto dan bergaul dengan anak-anak secara online. Belajar dari mereka dan bersenang-senang bersama mereka. Bagikan situs favoritmu dan download juga aplikasi yang biasa mereka gunakan. Lihatlah dunia melalui mata mereka dan biarkan mereka tahu nilai-nilai dan keyakinanmu sebagai orangtua dengan membimbing mereka sepanjang perjalanan mereka, Sisters.
Yang terakhir, kamu harus bisa menjadi teladan digital yang baik, Sisters! Jadilah perubahan yang ingin kamu lihat pada anak-anakmu. Artinya kamu harus jadi teladan bagi anak. Jangan tergoda untuk menggunakan ponsel untuk memeriksa email sewaktu makan malam atau mengirim teks saat mengemudi. Awasi kebiasaan digitalmu sendiri dan jadilah model perilaku digital yang baik bagi anak. Anakmu akan mencontoh jauh lebih banyak apa yang kamu lakukan, daripada apa yang kamu katakan, baik online dan maupun offline, Sisters.
Sumber Info: Kemkominfo RI