Hai Sisters! Banyak orang yang kurang familiar atau bertanya-tanya apa itu impostor syndrome. Ini merupakan sebuah kondisi di mana penderitanya merasa tidak berhak untuk sukses.
Mereka selalu merasa bahwa apa yang mereka raih saat ini hanyalah sebuah kebetulan yang didasari oleh keberuntungan. Bukan hasil dari kerja kerasnya, Sisters.
Gejala impostor syndrome yang umum antara lain ragu-ragu, merasa tidak pantas dengan yang diraih, atau cemas tidak bisa memenuhi harapan orang lain.
Apakah kamu merasakan impostor syndrome juga? Jangan bersedih.
Kamu bisa mengatasi sindrom tersebut agar tidak banyak menyerang pikiran dan jiwamu, Sisters. Berikut 7 cara mengatasi impostor syndrome yang bisa kamu coba. Simak, ya!
Ketika kamu merasakan sesuatu yang menjadi tanda-tanda impostor syndrome, jangan disembunyikan atau disimpan. Sebagai tahap awal, kamu harus mengakui merasakan hal tersebut, Sisters.
Kemudian tulis yang dirasakan tersebut dan tulis juga kenapa kamu bisa merasakan hal tersebut. Berusahalah untuk menuliskannya dengan spesifik dan detail dari situasi yang dirasakan.
Saat kamu menuliskannya, maka kamu akan melihat bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan dari situasi tersebut. Ingat, perasaan bukanlah sebuah realita. Jadi, jangan karena kamu merasa tidak pantas, bukan berarti faktanya pun seperti itu, Sisters.
Mulai sekarang belajarlah untuk selalu berpikir, “Saya bisa melakukan penugasan ini karena….”.
Cara mengatasi impostor syndrome yang bisa segera kamu lakukan adalah dengan berbagi cerita dengan orang-orang yang kamu percayai, Sisters.
Seperti sahabat atau kerabat yang memang sudah menjadi bagian dari hidupmu dalam sebagian besar usiamu. Tingkat kepercayaanmu kepada mereka akan mempengaruhi kualitas cerita yang akan kamu bagi kepada mereka.
Jangan kaget, ketika kamu berbicara kepada orang-orang yang kamu percayai, mereka pun pernah merasakan hal yang sama dengan yang kamu rasakan. Dengan menceritakan gejala impostor syndrome tersebut, kamu bisa mendapatkan pencerahan, Sisters.
Sisters, setiap orang pasti dianugerahi kekuatan dan kelemahan sekaligus. Tidak ada orang yang selalu kuat, dan tidak orang yang terus menerus lemah. Kedua hal ini sebenarnya saling menunjang satu sama lain.
Dengan menyadari kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirimu, maka kamu sedang membangun kepercayaan diri dengan kuat, Sisters.
Terapkan analisis SWOT personal atau lakukan semacam assessment untuk menggali apa yang menjadi kekuatanmu. Sekaligus bagaimana cara meminimalkan kekuranganmu.
Kamu akan menyadari bahwa kamu punya kekuatan untuk melaksanakan tugas yang diberikan dan mampu menjalankannya dengan baik, Sisters.
Poin keempat ini harus benar-benar kamu pahami, Sisters. Bahwa sebagian besar orang yang mengalami impostor syndrome adalah sosok yang perfeksionis.
Si pencinta kesempurnaan ini kerap memasang target tinggi dan langsung merasa bersalah ketika menemui kegagalan.
Jika kamu perfeksionis juga, mulai saat ini ubahlah untuk tidak menjadi sosok yang selalu perfeksionis. Belajarlah bagaimana caranya memasang sebuah target yang realistis.
Memasang target tinggi memang bukan sebuah kesalahan. Menjadi kesalahan ketika kamu tidak menyadari bahwa kamu tidak punya kemampuan untuk mewujudkannya.
Pasang target yang memang bisa kamu capai. Kemudian belajar untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari upayamu mencapai kesuksesan.
Sisters, orang-orang yang mengalami impostor syndrome sering kali sulit menerima pujian. Ketika kerja mereka mencapai target, selalu dihubungkan dengan hal-hal eksternal seperti pertolongan orang lain atau keberuntungan.
Tapi ketika gagal, mereka akan langsung menyalahkan diri sendiri. Nah, untuk mengatasi impostor syndrome seperti kondisi tersebut, kamu cukup mengakui bahwa kesuksesan tersebut adalah buah dari kemampuan yang kamu miliki. Bukan karena faktor-faktor eksternal.
Jangan lupa untuk mencatat hal-hal positif yang kamu dapatkan dari tugas tersebut. Belajarlah untuk menerima pujian dan menjadikannya masukan yang berguna bagi dirimu, Sisters.
Tuliskan bahwa kamu memang layak atau cukup pantas terhadap pekerjaan tersebut.
Saat kamu mengalami impostor syndrome, maka seolah-olah ada suara dalam pikiran yang mengatakan “Kamu tidak sepintar mereka” atau suara-suara bernada negatif lainnya.
Jika ini dibiarkan, maka akan menjadi sebuah kebiasaan buruk yang jelas berdampak kurang baik bagi kehidupan maupun pekerjaanmu, Sisters.
Begitu kamu mulai berpikir negatif seperti “Ah itu hanya sebuah keberuntungan saja” maka langsung ubah dengan pikiran seperti “Apa yang telah saya lakukan dan langkah yang dijalani untuk mencapai titik ini?”.
Kemudian kamu melanjutkannya dengan menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah pernyataan positif, Sisters.
Sisters, setiap orang tercipta berbeda. Bahkan mereka yang kembar identik sekalipun pasti akan memiliki perbedaan.
Karena itu, jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain. Terutama mereka yang memang lebih sukses dari dirimu, Sisters.
Semakin kamu membandingkan diri dengan orang lain, maka kamu akan semakin tenggelam dalam perasaan yang akan membawa kepada impostor syndrome.
Semoga cara-cara tersebut bisa mengembangkan kemampuan diri secara maksimal, ya, Sisters!