Sisters, dalam hubungan antarmanusia, ada 2 kelompok karakter yang kita kenal yaitu ekstrovert dan introvert. Dua karakter ini masing-masing punya stereotipe yang sangat melekat di benak semua orang. Orang introvert sering dinilai pendiam, jutek, cuek, dan dingin. Sedangkan kelompok orang ekstrovert sering dinilai heboh, ramai, cerewet, dan dominan.
Namun, stereotipe itu sebenarnya tidak bisa digeneralisasi, lho. Ini dia 10 hal tentang introvert dan ekstrovert yang sebenarnya tidak pernah kita sadari.
Ekstrovert itu juga pendengar yang baik
Meski memang suka banyak bicara, tapi ekstrovert itu juga bisa lho jadi pendengar yang baik. Bahkan seorang teman ekstrovert bisa aja memberikan saran yang realistis setelah mendengar curhatan.
Masalah judgemental maupun subjektivitas, itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan ekstrovert maupun introvert. Dua hal tersebut hanya berkaitan dengan pola pikir, bukan kepribadian.
Introvert nggak selalu suka kesendirian
Memang, orang introvert tidak suka keramaian, tapi tidak berarti mereka mutlak suka kesendirian. Kesendirian hanya mereka butuhkan kalau energi psikis dalam dirinya seakan-akan tinggal sedikit. Introvert cenderung mengumpulkan energi dari dalam dirinya sendiri, entah itu dengan merenung, membaca buku, pokoknya yang tidak berinteraksi dengan orang.
Tidak semua ekstrovert jago public speaking, justru introvert kadang lebih jago
Meski tampaknya sering banget ngomong, tapi tidak semua ekstrovert punya keberanian untuk melakukan public speaking. Ada beberapa orang ekstrovert yang justru gagap saat ngomong di depan orang banyak.
Begitu pula dengan introvert. Justru mereka biasanya lebih percaya diri saat bicara di depan publik. Barangkali, baginya itulah kesempatan untuk bicara di mana biasanya mereka lebih banyak mendengarkan. Kali ini, saatnya mereka untuk didengarkan!
Ekstrovert juga butuh me time
Semua orang butuh bersama dengan dirinya sendiri, tak terkecuali ekstrovert. Bedanya dengan introvert cuma masalah keseringan me time-nya saja. Introvert terbilang lebih sering me time daripada ekstrovert.
Bagaimanapun, me time memang dibutuhkan semua orang. Gunanya untuk merefleksikan diri, merencakan masa depan, menenangkan emosi, dan menenangkan pikiran.
Introvert bisa menjalin relasi sosial dengan hangat, mereka tidak antisosial
Harus dipahami bahwa introvert dan antisosial itu tidaklah sama! Introvert tak selalu antisosial, begitu pula sebaliknya. Antisosial itu keadaan di mana seseorang benar-benar menarik diri dari lingkungan sosial. Tipikal yang sangat tertutup, tidak mau bicara dan berinteraksi dengan orang.
Sementara introvert itu adalah kepribadian yang menyangkut bagaimana seseorang mengumpulkan energi untuk dirinya agar bisa beraktivitas dengan normal lagi. Jadi, beda, ya, dengan antisosial!
Ekstrovert juga ada yang pemalu
Boleh jadi teman-teman yang sering kamu bercandain itu adalah ekstrovert. Bisa saja mereka nyaman dengan itu, sebagai bahan bercanda. Namun, hal ini nyatanya tidak menjadikan ia sosok ekstrovert yang pemberani. Sebaliknya, orang seperti ini terkadang justru malu bila berhadapan dengan banyak orang atau saat bertemu dengan orang baru.
Pemalu itu berkaitan dengan pola pikir. Orang yang pemalu selalu merasa dirinya terancam saat berada di kerumunan, atau saat dirinya menjadi pusat perhatian. Mereka khawatir dengan komentar orang sehingga hal ini membuatnya enggan untuk berdiri tegak. Dan, pemalu belum tentu introvert.
Introvert juga bisa jadi ekstrovert
Seorang introvert tak melulu suka toko buku, workshop, seminar, atau acara-acara yang tidak terlalu ramai lainnya. Mereka juga ada yang suka konser maupun festival. Namun, biasanya introvert akan bisa menikmatinya bila bersama orang yang memang membuatnya nyaman. Tak menutup kemungkinan juga ia justru bisa jadi ekstrovert setelah berdiam diri berhari-hari di dalam kamar.
Di balik 'kehebohan'-nya, ekstrovert mungkin saja menyimpan kesedihan yang amat dalam
Jangan menganggap ekstrovert adalah sosok yang kuat. Setiap orang pasti punya sisi rapuhnya sendiri. Nah, meskipun tampaknya ekstrovert sering bercanda, menghibur orang, heboh, ramah, namun siapa sangka mereka juga menyimpan kesedihan mendalam. Hanya saja hal itu tidak ditampakkannya.
Bagi ekstrovert, kesedihan bisa dihalau dengan berinteraksi atau datang ke pesta. Namun, kalau kamu punya teman yang sangat ekstrovert, cobalah untuk mendengarkan kisah sedihnya. Siapa tahu ia jadi lebih baik.
Introvert bisa tahu lebih banyak hal kecil
Selama diam, introvert bukan melamun. Mata dan pikirannyalah yang justru jalan ke mana-mana. Mereka berusaha mempelajari semua yang ada di lingkungan sekitarnya. Tak heran kalau introvert tahu lebih banyak hal daripada ekstrovert, karena mereka melakukan observasi dengan baik.
Introvert bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres dalam tim. Ia pun akan memutar otak agar hal tersebut tidak semakin besar dan kondisi kembali seperti semula.
Introvert dan ekstrovert bisa menjalin persahabatan yang baik
Meski beda karakter, beda kesukaan, namun dua kepribadian ini tetap bisa menjadi sahabat baik kok. Justru perbedaan-perbedaan tersebut membuat mereka lebih dekat dan saling melengkapi.
Semuanya kembali lagi pada pola pikir dan kenyamanan. Selama pola pikir keduanya sama, persahabatan pun akan terjalin dan hubungannya akan semakin nyaman.
Sebenarnya, ekstroversi dan introversi itu bukan semata-mata soal perilaku, Sisters. Yang membedakan kedua karakter ini adalah bagaimana mereka mengumpulkan energi psikologis melalui potensi di luar dirinya. Nah, kamu termasuk kelompok yang mana?