Sisters, “kids zaman now” memang sudah tidak bisa dipisahkan dengan gadget. Bukan cuma untuk main games, tapi juga sudah makin meluas untuk digunakan sebagai ajang eksistensi diri melalui media sosial. Facebook, Twitter, dan Instagram merupakan beberapa akun media sosial yang digunakan oleh banyak orang, bahkan anak-anak dan remaja, Meskipun sebagian besar dari media sosial menetapkan aturan batas usia tertentu, umumnya minimal 13 tahun, untuk mendaftar dan membuat akun, tapi pemalsuan usia mudah sekali untuk dilakukan.
Berbeda dengan orang dewasa, keinginan anak-anak untuk membuat akun media sosial biasanya dikarenakan pressure peer group atau tekanan dari teman-teman sebayanya, Sisters. Kalau teman sepermainannya memiliki akun media sosial, maka anak juga ingin memilikinya. Seperti dilansir dari serempak.id, Psikolog Roslina Verauli menjelaskan, “Perasaan kompetisi pada anak masih tinggi. Mereka ingin punya pencapaian, tidak mau ketinggalan dengan temannya. Ingin punya banyak teman. Mengumpulkan follower sebanyak-banyaknya.”
Pada dasarnya, media sosial tidaklah selalu memberikan dampak negatif, Sisters. Dengan memiliki akun Facebook atau Twitter misalnya, anak akan jauh lebih mudah mendapatkan informasi tentang apapun secara cepat. Selain itu, mereka juga bisa meningkatkan kreativitas dengan berbagi ide atau seni dengan orang lain yang memiliki minat sama. Tapi jika digunakan oleh anak yang usianya masih sangat muda, bukan tidak mungkin media sosial justru memberikan dampak buruk bagi mereka.
Data menyebutkan, hampir 90% remaja memajang foto mereka dengan nama asli. Sebagian besar remaja juga menyebutkan tanggal lahir, minat, nama sekolah dan kota tempat mereka tinggal. Hal inilah yang membuat mereka bisa menjadi target untuk oknum yang kemungkinan memanfaatkan hal tersebut. Sekarang ini sudah mulai banyak kasus penculikan anak dan remaja yang diawali dengan perkenalan di media sosial. Dari kejadian ini saja sudah sepantasnya sebagai orangtua mulai khawatir dengan penggunaan media sosial pada anak.
Sayangnya, tidak semua orangtua paham dengan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh akun media sosial yang dimiliki anak. Monica menjelaskan, orangtua yang mengizinkan anak-anaknya memiliki akun media sosial lebih karena kurangnya pemahaman mereka mengenai dampak yang akan ditimbulkan terhadap kehidupan sosial anak-anaknya. Selain itu, orangtua menganggap media sosial hanya sebagai sarana untuk memperluas pertemanan. Padahal banyak dampak negatif dan tindakan kriminal yang mengikutinya.
Jadi, sebelum memutuskan anak pantas atau tidak untuk memiliki akun media sosial, sebaiknya orangtua mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan utamanya. Misalnya:
- Jika hanya untuk bermain games yang membutuhkan akun media sosial, anak bisa menggunakan akun milik orangtua dan tidak perlu membuatkan khusus untuknya.
- Jika anak hanya ingin membagikan foto-foto atau hasil karya buatannya, orangtua bisa menganjurkan anak untuk membuat blog, dibanding akun media sosial. Dari segi keamanan, blog lebih baik karena tidak berhubungan langsung dengan orang luar yang tidak dikenal.
Jika anak sudah terlanjur memiliki akun media sosial, jangan lengah untuk terus mengawasi segala aktifitasnya di dunia maya, ya, Sisters. Tanyakan password setiap media sosial yang dimilikinya sehingga orangtua bisa tahu apa saja yang dilakukan oleh anak. Selalu tegaskan pada anak untuk tidak berhubungan dengan orang asing ataupun orang yang jauh lebih dewasa dari mereka. Minta anak untuk bertanya terlebih dahulu pada orangtua sebelum mulai berinteraksi dengan orang asing. Terakhir, batasi waktu mereka berinteraksi di dunia maya, baik dari handphone atau komputer. Luangkan waktu bersama anak agar mereka tidak terlalu fokus dengan akun media sosialnya.
Jadi, sebagai orangtua hendaknya kita terus pantau kegiatan anak, ya, Sisters!
Sumber info: KemenPPPA - serempak.id