Perumusan Pancasila memang tidak melibatkan perempuan, tapi bukan berarti Pancasila tidak ada korelasinya dengan feminisme. Jika kita tilik satu persatu sila Pancasila, masing-masing sila secara nyata menghargai keberadaan perempuan.
Yuk, Sisters, kita simak masing-masing uraian sila di bawah ini!
Sila ke 1
Butir-butirnya berisi mengenai membina kerukunan hidup dan saling menghormati sesama umat beragama. Nilai kerukunan ini tidak akan terwujud bila peranan domestik serta eksternal perempuan tidak jalan. Misalnya saja, masalah jenis jilbab yang berlainan, pakaian, pelaksanaan ibadah, warna mukena, dan sebagainya, bisa menyebabkan ketidakharmonisan bila tidak dapat memprioritaskan kerukunan serta sama-sama menghormati.
Sila ke 2
Butir sila ini mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi manusia tanpa membedakan suku, ras, agama dan jenis kelamin. Rasa kemanusiaan juga secara jelas menolak segala macam kekerasan terhadap perempuan, pencabulan, pemerkosaan dan bentuk kekerasan fisik secara verbal, seksual dan ekonomi.
Sila ke 3
Bicara soal persatuan, kehidupan perempuan amatlah beragam, terutama dalam kesehariannya. Namun dibalik keragaman, ada bahasa yang menyatukan dan memudahkan dalam berkomunikasi. Selain itu ada kesamaan sejarah, wilayah, hingga pengalaman hidup yang membuat perempuan memiliki visi yang sama untuk menjadi perempuan yang lebih baik.
Sila ke 4
Dalam berbagai teori feminisme, representasi yang adil adalah mewakili setiap golongan dan kelompok masyarakat, mulai dari kelompok adat, agama, gender, hingga ras. Representasi yang mewakili setiap kelompok sangatlah penting untuk menentukan kebaikan bersama, termasuk soal perempuan.
Sila ke 5
Perempuan dan laki-laki harus mendapat menfaat dari keadilan dari sisi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Di antara butir sila ini, mengingatkan kita untuk menghindari pemborosan dan gaya hidup mewah, di mana kedua hal itu sering kali karena pengaruh dan faktor perempuan.
Selamat Hari Lahir Pancasila, Sisters. Saya Pancasila!