Sisters, mengelola keuangan adalah hal penting yang harus kita lakukan. Selama kita memiliki modal keuangan, asset, dan beragam bentuk harta lainnya tentu pengelolaan yang baik menjadi suatu kebutuhan.
Namun ternyata, sebelum mengelola keuangan dengan baik, ada hal lain yang juga jauh lebih penting untuk kita perhatikan. Diantaranya adalah mengenai paradigma dalam mengelola dan menggunakan keuangan yang kita miliki.
Dalam berbagai teori psikologi, disebutkan bahwa paradigma adalah dasar dari sebuah tindakan. Tindakan yang benar dan baik, tentu diawali dari cara pandang yang benar dan baik pula. Begitupun sebaliknya jika paradigma yang kita miliki adalah salah.
Untuk itu, berikut adalah beberapa paradigma yang harus kita hindari, agar dapat mengolah keuangan secara sehat.
Banyak orang yang berpikir bahwa rencana keuangan baru dimulai saat sudah menikah atau berkeluarga. Tentu saja hal ini adalah hal yang keliru. Menikah atau berkeluarga bukanlah patokan untuk membuat rencana keuangan. Bagi anak muda, sudah tau tentunya bahwa biaya untuk menikah, berkeluarga, membeli asset property dan lain sebagainya di zaman sekarang tidak ada yang murah. Untuk itu, merencanakannya jauh-jauh hari adalah hal yang tepat. Rencana keuangan dimulai saat kita memiliki penghasilan atau modal yang memang harus dikelola untuk digunakan dalam hidup. Bahkan sebetulnya, saat masih sekolah pun anak-anak sudah bisa untuk belajar mengatur keuangannya sendiri dari uang jajan yang diberikan orang tua. Untuk itu, sebelum terlambat segeralah kita membuat rencana keuangan yang sesuai dengan kondisi diri dan tujuan keuangan yang ingin kita capai.
Sisters, tentu saat berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan kita sering melihat adanya label diskon atau cuci gudang dengan harga yang begitu menggiurkan. Terkadang banyak sekali wanita yang menganggap bahwa diskon atau adanya cuci gudang ini adalah suatu peluang atau kesempatan yang tidak boleh terlewatkan. Hal ini tentu paradigma yang salah. Diskon atau cuci gudang tentunya tidak selalu sebagai peluang. Jika memang kita belum membutuhkan dan sedang tidak betul-betul perlu menggunakannya, tentu saja hal tersebut tidak perlu direspon sebagai peluang. Apalagi jika di rumah masih ada stock berlebih dan anggaran kita juga terbatas. Mulai sekarang ubahlah cara pandang kita. Diskon bukanlah kesempatan untuk berbelanja. Jika tidak membutuhkan dan memang berniat untuk membelinya, anggaplah itu hanya angin lalu. Ingat ya, tidak selalu barang diskon adalah barang yang harganya menjadi betul-betul murah. Terkadang, harga barang dinaikkan terlebih dahulu baru kemudian diberikan diskon besar-besaran. Jika begitu, bukannya sama saja seperti kita membeli barang dalam harga normal?
Kalap saat berbelanja, lalu kemudian menyesal. Pernahkah kita mengalami hal tersebut Sisters? Jika pernah, jangan-jangan ada yang salah dalam paradigma keuangan yang ada di kepala kita. Prinsip berbelanja dulu, selannjutnya diatur kemudiaan adalah hal yang tentu keliru. Seharusnya kita memiliki paradigma bahwa mengatur keuangan dulu baru berbelanja. Dengan memiliki pengaturan keuangan, kita akan tahu budget berbelanja yang harus kita keluarkan, dan tentunya memiliki prioritas terhadap barang apa yang akan kita beli. Sisters, tentu kita tidak ingin seperti itu kan? So, jangan lupa dibuat pengaturan keuangannya ya Sisters.
Sisters, apakah kamu seorang istri yang bergantung hidup dari gaji suami? Tentu saja itu bukan suatu yang salah, tapi jangan lupa untuk tetap memiliki rekening pribadi ya. Bagaimanapun, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dalam hidup. Adanya penyakit, bencana alam, perceraian, ataupun resiko keuangan lainnya membuat keuangan kita secara pribadi harus tetap sehat. Tentu jika hal-hal tersebut terjadi, kita tidak bisa terus menerus merasa aman dan bergantung hanya pada penghasilan suami.
Untuk itu, sebaiknya jika kita tetap memiliki tabungan pribadi bahkan memiliki aset yang bisa kita kelola mandiri. Baik aset bersifat aktif ataupun pasif. Di zaman sekarang banyak juga para wanita yang menginginkan kemandirian ekonomi lewat berbisnis online sambil tetap mengurus rumah tangganya. Rumah tangga terurus, aset keuangan tetap lancar dan produktif. Wanita pun tetap bisa mandiri tanpa harus terus menerus merasa bergantung.
Jika kita masih melihat orang sukses dan menetapkan standar kesuksesan kita adalah dari gaya hidup yang tinggi, nampaknya kita masih harus mengevaluasi paradigma keuangan yang kita miliki. Tidak selalu orang dengan gaya hidup tinggi adalah mereka yang benar-benar sehat kondisi keuangannya. Gaya hidup tinggi tidak selalu selaras dengan kesehatan keuangan. Di zaman sekarang untuk bergaya hidup tinggi sangat mudah ditunjang dengan pinjaman, kartu kredit, dan lain sebagainya.Untuk itu walaupun memiliki barang-baran branded, check dulu apakah ada hutang yang banyak, apakah tabungan masa depan ada, dana darurat tersedia, dan apakah jaminan hidup di hari tua nanti juga sudah tersedia? Jika belum, nampaknya makna sukses itu masihlah semu. Ingatlah bahwa barang-barang konsumsi walaupun dari merek yang mahal, nilainya akan terus menurun dari tahun ke tahun. Yang ada lambat laun kita rugi, bukan berinvestasi.
Jika kita tipe wanita yang tidak bisa menunda untuk berbelanja dan membeli barang-barang baru, mengapa tidak untuk mencoba untuk tidak menunda menabung tetapi berinvestasi, dan memiliki asuransi? 3 hal diatas mungkin tidak kita rasakan manfaatnya sekarang. Tapi yakinlah bahwa hal-hal ini akan bisa kita rasakan manfaatnya di masa mendatang dan merasa menyesal saat tidak memilikinya. Tentu saja, kita hanya butuh asuransi saat sedang sakit atau terkena suatu kecelakaan. Pada saat hal itu terjadi, asuransi bisa menyelamatkannya, dana darurat bisa membantu mengcovernya.
Lantas bagaimana jika 3 hal tersebut tidak kita miliki dan selalu kita tunda untuk memilikinya? Tentu saja, jangan menyesal kemudian ya Sisters.
Itulah 6 hal yang jangan sampai menjadi paradigma kita dalam mengelola keuangan. Bagaimanapun, keuangan adalah hal dasar yang bisa menopang hidup dan aktifitas kita. Ia adalah instrumen yang harus selalu kita kelola dengan baik, agar hidup kita bisa lebih bermanfaat dan bermakna.
Selamat mengelola keuangan Sisters!