Hai Sisters! Kali ini mari kita berkenalan dengan Sister Rupi. Ia adalah pemilik dari @rupi.id dengan produk-produknya @rupiindonesia @rupiindonesiapremium @ruvataleather @rupistyle, selain itu ia juga memiliki akun online shop @tokobajumurah_RN @myru_rupi.
Dengan berbagai usaha yang dirintisnya, perempuan bernama lengkap Rupiningsih King Ghani ini memulainya hanya dengan uang sebesar 200 ribu rupiah, namun kini ia berhasil meraup omzet sampai 200 juta!
Mari simak obrolan Sisternet dengan Sister Rupi berikut!
Hai, Sister Rupi! Boleh dong diceritakan pengalaman kerjanya sampai akhirnya punya bisnis sendiri?
Hai Sisternet! Saya mulai kerja di PT. XL Axiata mulai April 2014 sampai sekarang. Untuk divisinya sendiri lebih banyak di sales support dan commercial. Saat ini di bagian Channel development and operation Axis. Pekerjaan saya sedikit banyak membantu untuk ilmu berwirausaha, karena saya belajar tentang how to make product sampai distribusinya seperti apa.
Wah, jadi selain wirausahawati, Sister Rupi juga masih bekerja di kantor, ya. Untuk bisnis Rupi Indonesia sendiri seperti apa?
Produk Rupi Indonesia adalah tas etnik yang berbahan dasar kain batik. Nah, yang membedakan dengan Rupi Indonesia premium adalah jenis kain yang digunakan, yaitu songket, tenun dan batik pilihan.
Awalnya membangun Rupi Indonesia seperti apa?
Awalnya saya cuma seorang reseller, beli putus sejumlah tas lalu dijual kembali. Lalu saya mulai menjual tas batik tapi dari kulit sintetis. Proses pemasarannya lewat market place seperti disdus pada 2014 dengan sistem pre order.
Saat itu saking boomingnya tas batik, saya sampai sering kehabisan kain buat bikin tas. Di situ saya berpikir untuk serius membuat produk sendiri, karena bisnis ini ternyata cukup potensial. Dan, saya ingin punya kendali terhadap produk saya, termasuk kebebasan mendesain sampai menentukan jumlah barang agar bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Saya mulai membangun brand Rupi Indonesia pada 2015. Pilihan nama Rupi dinilai unik, karena mencerminkan mata uang Indonesia (rupiah) dan juga membuat adanya identitias Indonesia. Terlebih saat itu ketika saya cek di HAKI (hak cipta) belum ada yang menggunakan. Jadi, saya pikir nama Rupi Indonesia pas untuk produk saya, karena saya ingin membawa nama Indonesia, terlebih customer saya pada saat itu adalah orang-orang dari Malaysia, Singapura, sampai Afrika yang membelinya untuk dijadikan gift atau dijual lagi.
Bagaimana cara Sister Rupi untuk memasarkan produk?
Tantangan saat berbisnis sambil kerja adalah fokus. Saya menggunakan waktu yang ada setelah pulang kerja dengan berbisnis. Jadi, cara memasarkan produknya adalah dengan menggunakan social media. Social media sangat membantu saya untuk berjualan online seperti ini. Saya mengunakan Instagram untuk menyasar target market middle up sampai ke luar negri. Sedangkan facebook saya gunakan untuk pemasaran produk secara local dan membentuk komunitas.
Untuk produksinya, Sister Rupi punya karyawan sendiri?
Untuk produksi saya mempunyai 3 base, di Jakarta, Bandung dan di kampung halaman saya di Klaten. Untuk yang produksi tas premium, saya produksi di Jakarta dan Bandung, dengan karyawan dan supervisor totalnya 5 orang, agar lebih fokus mengawasi quality control.
Untuk yang lain, saya produksi di Klaten untuk menekan biaya produksi dan memberi lahan pekerjaan bagi warga sekitar. Para warga bekerja secara freelance. Jadi mereka bisa tetap menerima order dari manapun, tetapi saya tentukan target yang harus mereka kerjakan agar ada komitmen dan mereka tetap loyal, karena ada penghasilan tetap.
Sekaligus menggerakkan ekonomi warga, ya. Keren banget, Sister Rupi! Omong-omong, berapa modal awal untuk membuka usaha ini?
Saya dulu memulai berbisnis dengan modal 200 ribu. Itu saya belikan tas seharga 30 ribu, lalu saya jual bisa sampai 75 ribu. Uang hasil penjualan saya putar lagi dengan membeli tas dan menjualnya lagi, begitu terus.
Pernah saya punya uang 500 ribu, saya pesan barang seharga 1 juta. Di situ saya belajar untuk menjual barang dalam waktu sempit. Caranya sebelum barangnya datang sudah saya tawarkan (pre order). Jadi saat barangnya datang saya sudah punya uang 1 juta untuk membayarnya. Sampai sekarang, omzet berjualan tas sudah mencapai 200 juta sebulan.
Sepertinya Sister Rupi memang punya jiwa entrepreneurship yang kuat nih! Saat berbisnis, ada nggak kejadian yang kurang menyenangkan?
Ada beberapa kali, tapi semuanya bisa dijadikan pelajaran. Biasanya karena barang reject, karena tidak lulus quality control. Waktu itu ada pesanan tas dalam jumlah besar dari Malaysia, tapi karena barangnya reject, terpaksa harus rugi dan buat kembali untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Pelajarannya adalah saya harus detail tentang quality control. Karena, jika diserahkan kepada pembuatnya suka beda standar pembuatan seperti tekstur kulit, bahan, dan lain-lainnya. Jadi memang harus dicek.
Wah, bisa jadi catatan untuk Sisters yang ingin atau sedang menjalani bisnisnya. Ada tips lainnya, Sister Rupi?
Pertama, untuk yang baru memulai usaha, siapkan mindset bahwa usaha tidak selalu mulus, selalu siap jika ada worst case supaya tidak demotivasi.
Kedua, jika ingin memulai usaha, selalu fokus ke hal besar dan potong hal yang ga penting atau printilan. Tapi harus secure. Jangan habiskan fokus dan tenaga di tempat yang ga penting. Tentukan big picture, arah usaha mau ke mana, lalu apa saja yang bisa dijangkau agar lebih terarah dan fokus. Jangan diambil semuanya.
Ketiga, punya produk yang unik dengan selera tersendiri. Lalu, tetap perhatikan quality control saat menyerahkan produksi ke orang lain.
Terima kasih tipsnya! Lalu, untuk ke depannya, misi apa lagi yang ingin Sister Rupi capai?
Mendaftarkan hak cipta ke HAKI agar lebih aman dan nyaman dalam berwirausaha, karena sudah banyak pengiriman ke luar negeri.
Semoga lancar, Sister Rupi. Terakhir nih, apa moto hidupnya Sister Rupi?
“Aku yakin kamu akan sukses! Sukses versi kamu. Sukses dengan caramu sendiri. Sukses yang hanya kamu tahu bagaimana caranya. Dream it. Plan it. Do it. Get it.”
Karena setiap orang itu unik dan punya porsi sukses masing-masing dan tidak bisa ditiru.
Keren! Terima kasih Sister Rupi sudah berbagi kisah di Sisternet!