Ketika saya menyatakan ingin menjadi Stay At Home Mom (SAHM) dan mengundurkan diri dari tempat bekerja, sebagian besar teman saya meragukan keputusan tersebut. Apa bisa saya yang dikenal sebagai pekerja yang aktif puas dengan kehidupan yang hanya berkisar antara “kasur, dapur, dan sumur”?
Akhirnya saya pun belum sepenuhnya resign. Namun, saya kurangi jadwal mengajar hingga hanya setengah hari dalam seminggu, selebihnya mengurus rumah. Sudah setahun berlalu. Apakah saya bosan? Ya dan tidak. Sebagai manusia biasa, tentu ada kalanya saya mencapai titik jenuh dan merasa tidak berdaya karena hidup kami otomatis hanya mengandalkan penghasilan suami.
Namun, semua berubah setelah saya mengikuti event Coding Mum Jakarta yang terselenggara atas inisiatif Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF), bekerja sama dengan Citra Kartini Indonesia (CIRI) dan dimotori oleh Kolla Space. Berkat mbak Talita Zahrah, founder Depok Menulis, serta izin dan dukungan dari suami, saya resmi terdaftar sebagai peserta Coding Mum atas rekomendasi Sisternet dan Depok Menulis.
Acara ini juga memberikan kekuatan mental, semangat dan kepercayaan diri bahwa seorang ibu rumah tangga—yang masih digondeli anak balita ke mana-mana itu—bisa berdaya secara ekonomi. Selama mengikuti acara ini, banyak pelajaran hidup yang saya dapat. Menempuh perjalanan selama 4 sampai 5 jam setiap harinya adalah harga yang harus dibayar demi pengembangan diri.
Sumber: Tribun News
Bagi saya pemrograman memang bukan hal yang baru. Namun, belajar pemrograman dengan cara yang menyenangkan adalah hampir tidak mungkin. Menulis kode program bagaikan berbicara dengan alien. Mengkomunikasikan keinginan agar komputer menampilkan yang kita inginkan adalah hal yang berpotensi membuat stres. Ternyata Coding Mum membuatnya berbeda.
Saat ngoding, kami bisa sambil bersantai, mendengar musik, ngopi atau ngeteh cantik, lengkap dengan camilan segambreng. Kami pun bisa bertanya kapan saja, tanpa jaim dan tanpa sekat dengan para mentor. Kami terbiasa bercanda dan ngakak sesukanya. No pressure. Semua mentor dan pendamping kelompok mempunyai tingkat kesabaran yang luar biasa. Banyak peserta yang masih awam, namun dengan sabar mereka menularkan pengetahuan yang mereka miliki.
Saya mengagumi ketelatenan para mentor dalam membangun suasana kondusif bagi kami, para emak-emak, agar dapat tetap belajar dengan segala keterbatasan dan seribu alasan yang kami miliki. Bagi mereka, yang terpenting adalah bagaimana kami dapat mengembangkan potensi diri di dunia pemrograman, tanpa trauma. Meminjam istilah mas Yudi, bagaimana “membumikan” sebuah bahasa teknis agar dapat menjadi tools untuk mengembangkan potensi diri dan usaha yang telah kami miliki.
They were always there to empower us. Without judgement.
Kami pun merespon dengan semangat dan pantang menyerah. Bahwa kami harus mempresentasikan yang terbaik di akhir pelatihan ini. Pada akhirnya, proses tidak mengkhianati hasil. Kami pun mendapatkan apresiasi yang cukup positif dari pihak penyelenggara.
Sebagian besar pesertanya kali ini bukanlah ibu rumah tangga biasa. Mereka adalah aktivis, pengusaha, pemilik online shop dan penggerak masyarakat. Sedangkan saya? Hanyalah seorang butiran debu yang nyempil di tengah kumpulan berlian. Yang saya dapatkan kemarin tidak hanya cara membuat sebuah front-end website, tetapi juga belajar untuk mengajar. Seperti apa yang disampaikan Bapak Triawan Munaf selakukepala BEKRAF,
“Mendidik seorang ibu, mendidik satu generasi.”
Bagi Sisters yang penasaran ingin mencoba ikut pelatihan ini namun belum mempunyai pengalaman di dunia komputer atau pemrograman, jangan takut atau khawatir. Di Coding Mum, semua materi yang disajikan adalah materi dasar. Para mentor akan memberikan bekal yang cukup untuk dapat membuat sebuah situs yang mumpuni. Yang mereka berikan bukanlah ikan tetapi kail, sehingga walaupun program ini telah berakhir, kami dapat mengembangkan situs milik kami sendiri.
Sumber: Tribun News
Terima kasih BEKRAF, CIRI, Kolla Space, Sisternet dan Depok Menulis yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti event ini. Super special thank you for mbak Ellen Xie, mas Yudi, mbak Lusi, mbak Tiwi dan mas Nanda atas kesabaran yang mereka miliki!