Sisters, rutinitas memang seringkali membuat kita “berjalan di tempat”, tidak melakukan apa pun kecuali setiap harinya menuntaskan pekerjaan atau rutinitas apa pun itu. Bukan hanya bikin “mandek” bahkan sangat bisa kehilangan semangat atau energi positif yang membuat hidup stagnan. Mencari aktivitas lain yang membangkitkan gairah hidup membuat diri merasa lebih berarti kemudian menjadi kebutuhan.
Inilah yang dirasakan penulis buku “Mulia Sebagai Perempuan: Kisah Kehidupan yang Menginspirasi", Maria D. Andriana, wartawan senior LKBN Antara, yang sukses “selingkuh” dari rutinitasnya menulis dan mengedit berita dengan menulis buku tentang 16 perempuan berjiwa mulia. Maria mengaku lebih suka pakai istilah“nakal” menggunakan kata “selingkuh” sebagai salah satu bentuk terapi dirinya mengatasi tekanan kerja.
Bayangkan saja, setiap hari harus membaca dan menyeleksi, juga mengedit atau menulis artikel dan berita internasional tentang berbagai konflik. Kita saja yang hanya membaca berita negatif di media online, merasa muak, apalagi mereka para jurnalis di balik produk jurnalistik itu. Setiap hari harus melakukan rutinitas dengan isi berita yang menurut Maria, 80 persen berisi kesedihan, sungguh bukan perkara mudah.
“Selingkuh” dari rutinitas itu menjadi caranya menyeimbangkan pikiran. Menulis buku profil 16 perempuan menjadi salah satu caranya.
Berpengalaman 34 tahun menjadi wartawan tentu menjadi bekal sangat cukup untuk merekam berbagai peristiwa, juga sosok inspiratif, yang bisa diceritakan lewat buku. Namun bukan hanya itu, kemauan berinteraksi, berteman, mendengarkan orang lain, bahkan “nguping” yang terjadi di sekitar menjadi sumber lain terwujudnya buku berjudul “Mulia Sebagai Perempuan” ini.
Bertemu dan berbincang langsung dengan Ibu Maria di acara Sisternet #SisterMenulis Bedah Buku “Mulia Sebagai Perempuan” sungguh menyegarkan kembali pikiran saya, tentang pemberdayaan perempuan. Saya yakin banyak sekali kisah perempuan inspiratif yang bisa diceritakan. Berpuluh-puluh buku tentang profil perempuan Indonesia yang inspiratif takkan cukup menggambarkan semua perempuan hebat di Indonesia.
Buku karya Maria ini memang tidak dijual bebas, karena Maria menuliskannya dengan bermodal penerbitan Persatuan Wartawan Indonesia bersama Panitia Hari Pers Nasional 2017. Buku ini diterbitkan sebagai bagian dari HPN 2017 di Ambon. Saya beruntung mendapatkan bukunya karena bertanya di acara Sister Menulis x AkuTahu.com dan sudah tuntas membacanya. Isu perempuan memang selalu menarik untuk diikuti, selalu punya cerita yang layak diungkapkan.
Saya pun terinspirasi buku ini. Membuka kembali wawasan, bahwa meski memang perempuan Indonesia masih menghadapi banyak tantangan/kendala/kondisi yang membuat sebagian besar tak mampu berdaya, tetap saja ada perempuan mulia, perempuan hebat yang mampu berdaya untuk dirinya dan menginspirasi. Kalau saja Maria tidak menuliskan cerita mereka dalam buku ini, kehebatan 16 perempuan tersebut hanya dikenal di kalangan mereka sendiri.
Menulis cerita mereka menjadi terapi bagi Maria, menjadi caranya berbagi, menjadi perempuan mulia yang menularkan semangat berbagi lewat cerita para perempuan yang berkiprah dengan macam-macam cara. Saya pribadi merasa tergerak untuk segera mewujudkan impian, menulis buku seperti Maria. Membagi waktu, disiplin manajemen waktu, menjadi kunci perempuan mampu berdaya lebih optimal, mencapai impiannya. Setidaknya saya sudah memulai dengan menulis ini, setelah tuntas membaca buku yang baru saya dapatkan.
Kamu sudah baca bukunya, Sisters?
Foto: Dokumentasi Pribadi