Sisters, kualitas diri kita memang dominan dipengaruhi oleh serangkaian sikap yang kita ambil. Namun tidak dapat disangkal bahwa orang-orang di sekitar kita juga memegang andil penting tentang apa dan bagaimana kita memilih.
Itulah mengapa jadi penting untuk jeli memilih orang-orang terkarib kita. Tidak mudah, tapi salah satunya adalah dengan mengecek 3 kualitas ini:
Sejatinya, yang sebenar-benarnya sahabat bukan mereka yang senantiasa berkata 'iya' dan membenarkan argumen kita. Memang penolakan dan kata ‘tidak’ apalagi teguran, selalu menyakitkan, tapi di situlah kehebatan seorang sahabat yang baik. Dia takkan segan untuk tetap menjagamu pada koridor dan pilihan yang tepat.
Satu pepatah lama berkata bahwa sahabat sejati akan memukul dengan kasih, namun musuh akan membanjiri dengan ciuman. Artinya, kita harus berhati-hati jika tipe orang di sekitar kita tergolong selalu tak bernyali menegur kesalahan kita. Sahabat akan selalu memaafkan kita, tapi terlebih dulu mereka tak akan luput menegur dan mengarahkan.
Mari kita tengok hidup kita saat ini dan menilainya dengan objektif. Kita akan mawas betapa segala pilihan kita di hari lalu memegang andil signifikan. Bukankah dalam hidup akan selalu demikian? Berbagai pilihan di masa lalu, kemudian kita sadari membawa pengaruh besar. Ketika kita memilih jurusan, memutuskan bergabung suatu komunitas, atau bahkan menolak tawaran tertentu, semua ada imbasnya.
Kita pasti sudah sadar betul bahwa kita pada hari ini adalah produk dari pilihan besar-kecil kita di masa lampau. Begitu juga masa depan, semua dipengaruhi pilihan kita hari ini. Itulah mengapa sahabat yang baik adalah mereka yang mau menolong kita dan tidak ceroboh untuk menilai bahwa hidup hanya soal hari ini. Bayangkan seorang kawan yang hanya mengajakmu untuk senantiasa berfoya-foya. Walau menyenangkan, sungguhkah dia memberi dampak yang membangun?
“Mengeluarkan sesedikit mungkin untuk mendapat sebanyak mungkin,” begitu bunyi prinsip ekonomi sederhana.
Namun sayangnya, dalam menjalin relasi prinsip tersebut tak dapat berlaku. Justru, menurut saya, persahabatan dan relasi apapun akan rapuh ketika setiap orang di dalamnya hanya memikirkan untung rugi. Demikianlah persahabatan akan menjemukan jika ternyata sahabat kita tak ubahnya kalkulator dalam segala interaksinya terhadap kita.
Pada hakikatnya, sebuah relasi bukan soal surplus atau defisit. Hampa dan hina sekali jika orientasi otak kita melulu soal untung rugi. Hangatnya kebersamaan, manisnya perasaan dipahami, dan berharganya teguran, menjadi usang dan tak bernilai. Semoga kita tidak punya teman yang tergolong ekonom dalam menjalin hubungan pertemanan.
Nah itu dia, Sisters, beberapa tipe teman yang tanpa kita sadari sangat kita butuhkan. Sudahkah menemukan orang di sekitarmu yang seperti itu?
Foto: freepik