Berbicara mengenai sosok pahlawan perempuan tentu banyak sekali. Dalam hatiku, ada figur yang sungguh menginspirasi bagiku, keluargaku, tempat tinggalku, maupun di Perguruan Tinggi tempat ia mencari ilmu.
Dia adalah kakakku.
Aku ingin mengungkapkan rasa banggaku terhadap kakakku yang baru saja menjadi sarjana. Ada sebuah perjalanan inspirasi dari kakakku yang begitu menggugah isi hatiku.
Setelah ia lulus SMA, kakak tidak dapat melanjutkan ke pendidikannya ke Perguruan Tinggi, karena tidak ada biaya. Lalu ia bertekad menjadi buruh pabrik. Tangguhnya, setiap hari untuk pulang dan pergi, ia harus menempuh jarak sejauh 80 km. Ia berangkat kerja pukul 04.00 pagi, mulai bekerja pada pukul 05.00 WIB dan pulang pukul 1 siang. Jika lembur, ia bisa sampai di rumah pukul 5 sore.
Sampai akhirnya, ia diterima di sebuah PTN dengan jalur beasiswa dan mendapat uang saku bulanan. Setiap pagi ia mengantarku pergi ke sekolah dan berangkat kuliah. Uang saku yang didapatnya dapat memenuhi kebutuhan kuliahnya, juga seringkali untuk membelikanku lauk bagiku dan adikku.
Yang membuatku kagum adalah ketika ia awal kuliah dan memutuskan untuk berhenti bekerja. Kedua orangtuaku menolak keras, karena dia dituntut untuk membantu biaya keluarga. Akhirnya dia bisa meyakinkan mereka. Walaupun begitu, cacian dan hinaan harus ditelan kakakku dari para tetangga dan saudara.
Mereka menganggap kakakku mengejar sesuatu mustahil.
Memang kami tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari kota dan tingkat pendidikannya masih rendah. Saat itu kakakku satu-satunya yang kuliah di desaku. Dia adalah satu-satunya yang menempuh pendidikan tinggi di keluargaku saat ini. Tidak patah arang, dari hari ke hari prestasi kakak justru semakin meningkat. Bukan hanya soal IPK atau akademik, kakak menjadi wisudawati terbaik 1 di jurusan dan terbaik 3 di fakultasnya dengan IPK 3,82, tetapi hobi menulis kakak ternyata juga membuahkan hasil.
Aku ingat, ia mulai menulis sejak semester 3 hingga kini ia baru saja diwisuda. Terhitung pada 15 November 2016 ini, ia telah mengantongi 1 sertifikat Juara ASEAN, 21 sertifikat Juara Nasional, 1 sertifikat Juara Se-Kota Semarang, 2 sertifikat Juara di kampusnya. Totalnya ia telah mengantongi 130 sertifikat lomba menulis baik itu sertifikat juara, finalis, kontributor, dan peserta.
Tulisannya kini sudah diterbitkan oleh berbagai instansi, Perguruan Tinggi, Penerbit Indie, dan Penerbit Mayor, dan media massa. Ia juga sering diundang menjadi pembicara di kampusnya. Penghasilan yang ia peroleh dari beasiswa dan honoranium menulis sangat membantu biaya hidup dan sekolahku. Kini ia dapat menggenggam handphone, laptop, dan berbagai fasilitas lain dari hasil menulisnya. Aku dan adikku ikut memanfaatkan fasilitas yang dimiliki kakakku.
Bakat menulis kakak juga ternyata mulai kusadari ada padaku. Kini tulisanku mulai diterbitkan di media massa. Aku dan adikku pun diarahkan kakak untuk ikut mengenyam pendidikan tinggi dengan jalur beasiswa sepertinya. Semoga aku dan adikku dapat mengenyam pendidikan tinggi, agar kami dapat membahagiakan orangtua.
Di usianya yang masih muda, baru beberapa bulan saja diwisuda, tapi kakak sudah menanggung seluruh biaya sekolahku di SMA. Bagiku, kakakku ialah pahlawan perempuanku saat ini.
#PahlawanSisternet
Foto: Dokumen Pribadi | Pixabay