Hai Sisters! Pernahkah kamu melakukan aktivitas berbelanja secara tiba-tiba ketika sedang asyik browsing marketplace atau e-commerce di smartphone? Bahkan, saat tidak memiliki uang sekalipun, tidak jarang kamu tetap memaksakan diri dalam berbelanja dengan memanfaatkan layanan pinjaman online ataupun paylater.
Nah, jika kebiasaan berbelanja atau melakukan pengeluaran tersebut sering terjadi tanpa disadari hingga membuat kondisi keuangan berantakan, artinya kamu memiliki kepribadian yang bernama compulsive spender.
Secara umum, yang dimaksud dengan compulsive spending ini adalah kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang dan membuatnya tanpa sadar berbelanja atau melakukan pengeluaran tidak perlu. Orang yang memiliki jenis kepribadian ini amat rentan terjebak utang dan pinjaman, baik itu kartu kredit maupun paylater.
Karenanya, jika kamu merupakan salah satu orang dengan kepribadian compulsive spending, segera sadari dan usahakan untuk tak lagi terjebak dalam kondisi tersebut. Lalu, agar membantumu terbebas dari kebiasaan yang bisa berakibat fatal pada kondisi keuangan tersebut, simak sederet tips menghindari compulsive spending berikut ini.
1. Bedakan Kebutuhan Produktif dan Konsumtif
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, compulsive spending sering kali dilakukan oleh seseorang yang asal berbelanja tanpa memperhatikan pengeluaran atau manfaatnya. Biasanya, hal tersebut dilakukan karena para compulsive spender tak memahami konsep kebutuhan produktif dan konsumtif. Alhasil, setiap kali ingin membeli sesuatu barang apa pun, mereka akan langsung membelinya begitu saja.
Untuk itu, mulai bedakan mana barang yang termasuk sebagai kebutuhan produktif dan kebutuhan konsumtif. Tentunya, jika muncul keinginan untuk berbelanja kebutuhan konsumtif atau yang sebenarnya kurang perlu, tahan dulu hasrat tersebut hingga setidaknya seluruh kebutuhan produktif dan primer terpenuhi.
Kebutuhan produktif dan primer wajib dijadikan sebagai prioritas keuangan dan harus dipenuhi terlebih dulu sebelum mengalokasikan keuangan untuk kebutuhan konsumtif. Dengan begitu, risiko berutang karena tak ada lagi uang yang tersisa untuk memenuhi kebutuhan pokok tidak sampai terjadi.
2. Lakukan Sistem Keuangan One to One
Jika menahan hasrat berbelanja konsumtif masih terasa sulit, ada trik lain yang dapat membantumu dalam menjaga kondisi keuangan. Trik tersebut dikenal dengan sebutan sistem one to one. Menggunakan metode pengaturan keuangan ini, kamu perlu melakukan aktivitas investasi atau menabung dengan nominal yang setara dengan pengeluaran konsumtif.
Sebagai contoh, saat kamu melakukan check out produk dengan harga 100 ribu, kamu perlu menyisihkan uang pula pada tabungan atau instrumen investasi dengan nominal sama. Jika berani membelanjakan uang sebesar 1 juta, artinya kamu juga harus berani menabung atau berinvestasi dengan nominal 1 juta pula di waktu yang sama.
Tapi, perlu diingat jika sistem keuangan one to one ini hanya berlaku pada pengeluaran untuk kebutuhan konsumtif atau keinginan di luar keperluan pokok. Jika rutin dibiasakan, rasa bersalah karena sifat compulsive spending akan tersamarkan karena juga mampu untuk menabung atau berinvestasi.
Cara lainnya untuk menjauhkan diri dari sikap compulsive spending adalah dengan mengubah mindset soal pengeluaran dan kebiasaan berbelanja. Selalu prioritaskan dan utamakan kebutuhan produktif dan primer ketika berbelanja. Hal ini termasuk pula kebiasaan menabung dan investasi.
Baru saat seluruh kebutuhan tersebut telah terpenuhi, gunakan uang yang tersisa untuk memenuhi kebutuhan tersier atau konsumtif dan keinginan. Jadi, jangan sampai berbelanja konsumtif dan produktif ini dilakukan secara bersamaan, atau bahkan lebih memprioritaskan keinginan ketika mengatur keuangan.
4. Alokasikan Keuangan dengan Rasio yang Tetap
Semua orang pasti setuju jika mengatur keuangan akan terasa lebih mudah dan disiplin jika mampu membuat alokasi dengan rasio yang tetap setiap bulannya. Sebagai contoh, dari seluruh penghasilan yang didapatkan tiap bulan, alokasikan sekitar 50 persen diantaranya untuk kebutuhan living atau keperluan pokok.
Lalu untuk 30 persen lainnya dialokasikan khusus pada tabungan dan investasi. Sementara 20 persen sisanya boleh digunakan untuk kebutuhan konsumtif, termasuk hiburan dan segala keinginan.
Dengan menentukan alokasi keuangan menggunakan rasio yang pasti seperti ini, pengelolaan finansial tentu menjadi lebih mudah karena ada acuan persentase terkait anggaran yang bisa digunakan untuk suatu kebutuhan. Dengan begitu, risiko melakukan aktivitas berbelanja hingga melebihi pemasukan, apalagi sampai harus berhutang tidak akan sampai terjadi lagi padamu.
5. Pasang Target Keuangan di Masa Depan
Trik lainnya, kamu juga bisa menjaga pengeluaran dari ancaman sikap compulsive spending dengan memiliki target keuangan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Caranya melalui rutin berinvestasi dengan nominal tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tentunya, pilih instrumen investasi yang paling sesuai dengan kebutuhan, kondisi keuangan, dan tujuan finansial. Salah satu contoh rekomendasi produk investasi yang dapat dipilih oleh semua kalangan adalah reksa dana. Memiliki berbagai macam jenis dengan keunggulan dan kekurangannya tersendiri, investasi reksa dana bisa disesuaikan dengan jangka waktu investasi dan profil risiko investor.
Misalnya, untuk investor dengan profil risiko konservatif dan ingin mencapai tujuan investasi di bawah 1 tahun, kamu bisa memilih produk reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap. Sementara untuk investasi jangka panjang dan memiliki profil risiko agresif, ada pilihan reksa dana campuran atau reksa dana saham yang mampu memberi peluang imbal hasil tinggi.
Dengan memilih produk investasi yang tepat dan sesuai kebutuhan, dijamin aktivitas menanam modal bakal berlangsung dengan lancar serta optimal mencapai tujuan.
6. Selalu Siapkan Daftar Belanja
Hal lain yang tak kalah pentingnya untuk dilakukan bagi yang ingin menghilangkan kebiasaan compulsive spending adalah selalu menyiapkan daftar belanja. Dengan memiliki daftar kebutuhan yang ingin dibeli, kamu akan menjadi lebih fokus ketika berbelanja dan tak sampai melakukan overspending.
Sebelum berangkat ke pasar atau supermarket, tulis dulu segala kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam daftar belanja. Kemudian, tetap disiplin dan hanya beli barang atau produk yang tertera dalam daftar belanja tersebut tanpa menambahnya secara tiba-tiba atas dasar keinginan saja.
Cara ini tidak hanya mampu membantumu dalam menjaga pengeluaran agar tetap stabil. Tapi, pengeluaran juga bisa dipantau secara rutin tiap bulan, termasuk melakukan evaluasi terkait kebutuhan apa saja yang sebenarnya bisa dihilangkan agar kondisi keuangan lebih terjaga. Jika dilakukan dengan rutin, perilaku compulsive spending tidak akan lagi menggerogoti keuangan setiap kali berbelanja.
7. Lakukan Terapi Finansial
Bagi yang belum tahu, langkah terapi finansial adalah suatu upaya yang bisa menyembuhkan seseorang dari pola pikir yang mampu membahayakan kondisi keuangannya. Terapi finansial bisa dilakukan dengan cara menambah pengetahuan seputar keuangan, termasuk menjadikan diri lebih disiplin dalam mengelola kondisi keuangannya.
Tidak harus memanfaatkan jasa financial planner atau semacamnya jika masih terkendala biaya, terapi finansial bisa dengan mudah dilakukan dengan banyak membaca artikel seputar keuangan. Kemudian, aplikasikan segala tips dan trik mengatur keuangan yang telah dipelajari tersebut sesuai dengan kondisi finansial mu. Asal memiliki keinginan yang kuat untuk terus memperbaiki kemampuan diri dalam mengelola keuangan, masalah compulsive spending sudah pasti akan mampu kamu atasi cepat atau lambat.
8. Utamakan Pembayaran dengan Uang Tunai
Cara terakhir agar kebiasaan compulsive spending tak lagi membuat keuangan terus bocor adalah dengan melakukan pembayaran menggunakan uang tunai. Alih-alih menyelesaikan transaksi dengan kartu kredit atau paylater, berbelanja dengan uang cash mampu memudahkanmu dalam mengontrol pengeluaran.
Alasannya karena rasa kehilangan ketika membayar transaksi dengan uang tunai lebih terasa. Disisi lain, saat membayar dengan paylater atau kartu kredit, tidak jarang pengguna akan dibebani dengan biaya lain yang mampu membengkakkan tagihan, seperti bunga dan biaya administrasi. Jadi, usahakan untuk membayar tagihan belanja dengan uang tunai agar risiko keuangan boncos tak sampai terjadi.
Nah, Sisters, itulah penjelasan tentang 8 cara untuk menghindarkan diri dari kebiasaan compulsive spending yang mampu membuat kondisi keuangan terus bocor dengan pengeluaran tak perlu. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kemampuan dalam mengatur kebiasaan belanjanya agar pengeluaran tetap terjaga. Yang terpenting, selalu bersikap bijak setiap kali ingin berbelanja dan jangan lupa untuk menerapkan sederet tips yang telah dijelaskan di atas, ya!