Assalamu’alaikum,
Saya Nuqtoh Mutingatun, biasa dipanggil Nuqi. Saya adalah ibu dari 2 putra dan 1 putri dan berdomisili di Garut.
Menjadi Ibu, tetap produktif dan berpenghasilan dari rumah adalah mimpi saya. Karena itu, setelah menikah dan hamil di tahun 2013, saya memutuskan resign dari pekerjaan di Jakarta.
Langka awal lahirnya Rafania bermula. Saat itu, saya mencoba berjualan online di trimester kedua. Kehamilan yang makin besar, membutuhkan pakaian yang lebih longgar.
Singkat cerita, saya mendapatkan baju dari sahabat saya yang jualan baju. Seketika terpikir, bagaimana caranya saya bisa dapat gamis tanpa mengeluarkan uang. Lalu, tercetuslah ide jualan dengan menggunakan media komunikasi yang saat itu tren.
Sahabat saya memfasilitasi produk juga pengiriman, sehingga saya bisa jualan tanpa modal. Saya mulai posting foto di media komunikasi saat itu dan berhasil mendapatkan beberapa baju untuk kebutuhan selama hamil dari keuntungan.
Keberhasilan ini membuat saya ketagihan untuk terus berjualan online. Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba banyak yang menghubungi saya. Ketika ditanya darimana mereka mendapatkan info pin saya, mereka jawab dari blog. Ternyata, suami saya yang membuatnya. Dari blog itulah, setiap hari banyak kontak baru dan pesan gamis.
Rasanya bahagia banget. Selain pertemanan bertambah banyak, transferan yang biasa sebulan sekali juga jadi hampir tiap hari.
Awal tahun 2014, saat penghasilan sudah lebih banyak dari gaji saat kerja, kami memutuskan pindah ke Garut. Pulang kampung menjadi pilihan untuk bisa menjadi pribadi yang lebih bermanfaat. Rasanya kalo masih tetap di Jakarta, kebermanfaatan kami hanya untuk lingkup yang kecil. Di sana, fokus kami hanya kerja dan kerja.
Motivasi kami, “balik desa, membangun desa”. Alhamdulillah, perlahan mimpi itu sedikit demi sedikit terwujud.
Tinggal di wilayah produksi, menjadi keuntungan buat saya. Banyak produk yang bisa saya jual. Jualan online menjadi andalan. Karena itu, saya serius dengan belajar lebih banyak agar lebih melek lagi dengan dunia bisnis online.
Akhir tahun 2015, saya memutuskan untuk membuat brand sendiri. Lahirlah Rafania yang awalnya hanya menjual jilbab.
Berbekal ilmu beriklan di media sosial, saya mendapatkan pesanan jilbab anak dengan jumlah cukup banyak. Sayangnya, konveksi tempat saya ambil saat itu belum bisa memenuhi permintaan tersebut.
Saat mencari tempat makloon, ada seseorang yang menawarkan membantu jika kami buka konveksi. Di tengah kekalutan juga kebutuhan, saya dan suami mengiyakan.
Sayangnya, begitu kami membeli beberapa mesin jahit, seseorang tersebut nggak muncul. Sementara, membuka konveksi bagi orang tidak memiliki kemampuan jahit seperti kami bukanlah hal yang mudah.
Beberapa bulan setelahnya, saya belum mendapatkan tim yang cocok. Sekalinya dapat dan mulai bekerja, salah potong. Kain yang dibeli dari modal yang sedikit ambyar. Penjahitnya juga kabur.
Rasa frustasi membuat saya menjual kembali mesin-mesin jahit tersebut. Setelah itu, fokus kembali mencari konveksi makloon.
Sampai akhir 2016, datanglah penjahit yang menyarankan untuk buka konveksi. Setelah memastikan penjahit ini serius, saya membuka kembali konveksi khusus untuk produk Rafania.
Alhamdulillaah, dengan segala lika-liku, Rafania masih bisa bertahan. Dari 1 penjahit, sekarang dibantu 8 penjahit. Dari mulai jualan dan packing sendiri, sekarang dibantu oleh tim admin.
Saat ini, rencana Rafania adalah memperbesar tempat produksi. Sudah ada lokasi yang akan dijadikan tempat produksi dengan konsep mini garmen. Untuk mewujudkannya, butuh tambahan biaya untuk membangunnya juga membeli mesin dan peralatannya.
Semoga dengan mengikuti mengikuti W20 #Sispreneur dari Sisternet dan berhasil menjadi pemenangnya bisa menjadi jalan untuk mewujudkan mimpi itu. Jika saat ini lokasi produksi hanya bisa untuk 10 penjahit, di lokasi produksi yang baru, insyaAllah bisa untuk 50 penjahit. Dari desa juga bisa berdaya.