Hai Sisters!
Nama saya Amalia, biasa dipanggil Amal. Tahun 2016, saya dan Ibu, Yati Gunawan, mendirikan Ing Madyokusuman, brand jumputan warna alam dari Purworejo, Jawa Tengah. Kita memproduksi kain jumputan dan produk-produk turunannya, seperti ready to wear fashion, produk lifestyle dan home decor. Di Ing Madyokusuman, kita percaya kalau bisnis itu tidak boleh cuma mementingkan profit, tapi juga harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar (people) dan melestarikan lingkungan (planet).
Kalau mendengar kata "perajin wastra", yang sering muncul di pikiran kita adalah ibu-ibu paruh baya atau sepuh yang membuat kain di desa-desa. Anak-anak mudanya banyak yang tidak tertarik dan cari pekerjaan lain di kota. Lalu nanti siapa yang meneruskan? Karena itu di Ing Madyokusuman, kita melatih dan memberdayakan anak-anak muda di Purworejo untuk jadi perajin jumputan yang handal. Dengan upah dan tempat kerja yang layak, mereka nggak perlu lagi merantau jauh-jauh untuk cari kerja, bahkan setelah selesai kerja mereka masih ada waktu untuk mengurus ladang keluarga. Win-win solution untuk semua :)
Selain itu, di Ing Madyokusuman kita berusaha untuk bisa se-sustainable mungkin. Untuk kain, kita hanya menggunakan kain serat organik yang biodegradable, seperti katun, linen, rayon, rami dan kenaf, dan untuk selendang kita menggunakan kain tenun ATBM yang dibuat para perajin di Klaten dan Tegal. Untuk pewarnaan, kita menggunakan pewarna alam yang berasal dari tanaman yang terdapat di Indonesia, seperti indigo, jolawe, tingi, jambal, dan tegeran. Untuk packaging, kita bekerjasama dengan ibu-ibu perajin besek di Purworejo untuk membuat packaging custom. Selain ramah lingkungan, packaging besek kita juga diminati customer karena unik dan bisa dipakai ulang sebagai wadah atau gift box lagi :) Kita juga berusaha mengurangi limbah dengan cara kerjasama dengan beberapa UKM untuk upcycle perca dan bahkan sisa kayu pewarna.
Tahun 2020, Ing Madyokusuman termasuk terkena imbas pandemi COVID-19. Omset pun ikut terjun bebas. Tapi saya bertekad gimanapun caranya harus tetap bertahan dan tidak merumahkan pegawai seorang pun. Dari situ saya kepikiran, kalau sekarang susah cari pasar di dalam negeri, gimana kalau ke luar negeri? Dari situ saya coba memasarkan produk Ing Madyokusuman ke luar negeri secara digital. Tidak disangka-sangka, ternyata produk kita diminati pasar luar negeri karena kualitas premium, artisan made dan ramah lingkungan. Sejauh ini, produk Ing Madyokusuman sudah diekspor ke beberapa negara antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Belgia, Austria, dan Australia. Kita juga terpilih mengikuti beberapa pameran di luar negeri, di antaranya Dubai Expo (2021) dan UMKM Gayeng Singapore (2021 dan 2022). Selain itu, saya sendiri juga terpilih untuk mengikuti eTrade for Women, program UNCTAD untuk wirausaha perempuan dari negara-negara berkembang dan aktif di eTrade for Women Southeast Asia Community.
Perjalanan membangun Ing Madyokusuman sama sekali tidak gampang karena pasarnya yang cukup niche. Karena itu, saya selalu berusaha menambah ilmu dan jejaring dengan aktif mengikuti berbagai program dan pelatihan dari pemerintah, swasta dan komunitas-komunitas. Kita juga banyak berkolaborasi dengan beberapa UKM dan brand lokal Indonesia yang juga concern terhadap sustainability.
Tujuan saya ikut #Sispreneur dari Sisternet ini adalah untuk scale up bisnis dan meningkatkan penjualan Ing Madyokusuman. Untuk mengembangkan bisnis, saya memerlukan modal sebesar Rp 60.000.000. Saya berencana mengalokasikan Rp 25.000.000 untuk pengembangan bisnis secara digital (pembuatan website & company profile dengan standar GRI, pembelian kamera mirrorless, hire tenaga marketing) dan Rp 35.000.000 untuk mengikuti pameran B2B internasional yang relevan dan strategis untuk mendapatkan buyer dan meningkatkan ekspor. Dengan scale up, saya berharap Ing Madyokusuman bisa #jadilebihbaik , memberikan lebih banyak dampak positif dan manfaat bagi masyarakat terutama di Purworejo dan juga untuk lingkungan, karena kita tidak hanya berkomitmen untuk menjadi sustainable tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang slow fashion dan sustainability.
Siapa sangka, ternyata bisnis jumputan warna alam tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat, tapi juga bisa go international!