Kenalan dulu yuk, nama saya Ika. Latar belakang saya seorang akademisi dibidang Kimia dan Farmasi. Saya ingin membagikan pengalaman bisnis saya selama satu tahun kebelakang dan apa yang akan saya kembangkan kedepannya Bersama #Sispreneur. Semoga Sisters semua antusias dan memberikan manfaat dengan membaca artikel yang saya tulis ini.
Perjalanan bisnis saya dimulai pada masa pandemi Covid-19 tepatnya di bulan Februari 2021. Bisnis yang saya tekuni berawal dari penelitian yang sedang saya lakukan. Penelitian tersebut berhubungan dengan ekstraksi bahan alam yang berasal dari sayuran, saat itu saya ingin mengambil zat warna yang ada dalam wortel, tomat dan bayam. Dalam proses pencarian literatur penunjang bertemulah satu laporan dari Kemenkes RI yang menyatakan bahwa Tingkat konsumsi sayur dan buah di Indonesia berdasarkan data BPS dari tahun 2018-2020 mengalami tren penurunan dengan rincian 248, 243.3, dan 231.8 gram/kapita/hari. Data tersebut masih lebih kecil dibandingkan angka kecukupan gizi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 400 gram/hari.[1]
Padahal pada suatu artikel publikasi menyebutkan bahwa Konsumsi buah dan sayur berperan penting dalam menciptakan keseimbangan gizi dan menyebutkan bahwa mengonsumsi buah dan sayur 3-5 porsi yang setara dengan 375 – 400 gram perhari memiliki 22% lebih kecil mengalami kematian dini.[2] Berbagai kajian juga menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah-buahan yang cukup, turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol darah. Selain itu, konsumsi sayur dan buah yang cukup dapat menurunkan risiko sembelit dan kegemukan.[3]
Permasalahan timbul karena karakteristik dari sayuran dan buah yang memiliki kadar air yang tinggi sehingga cepat terjadi proses pembusukan. Selain itu kesalahan dalam pengolahan sayur dan buah dapat merusak zat gizi yang terkandung di dalamnya. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pangan antara lain pertumbuhan dan aktivitas mikroba, Serangga, parasite dan rodentia, kandungan air dalam pangan, suhu, waktu simpan, dan udara.[4]
Saya mencoba sayur-sayuran dan buah-buahan yang cocok untuk dikeringkan dengan suhu pengolahan yang baik serta mengubahnya menjadi bentuk serbuk yang dapat diaplikasikan ke berbagai produk. Setelah produk sudah mantap dari segi tekstur, warna, bau dan rasa serta awet selama masa penyimpanan 1 tahun, saya bentuklah suatu industri pengeringan buah dan sayur skala Rumah Tangga, saya beri nama IFI Dry Food dengan Merek Dangang GenZy.
Produk GenZy IFI Dry Food
Saya juga ingin mengingatkan sisters semua, untuk tahap awal pengembangan bisnis sangat perlu aspek legalitas dalam berusaha. Saya pun mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB), nomor P-IRT, sertifikasi Halal, serta daftar Merek Dagang. Sisters tidak perlu pusing dulu dengan cara pengurusannya, karena saat ini semua pengajuan dilakukan secara online. So, let’s try early, supaya hati tenang dalam mengurus bisnis kita, selain itu legalitas usaha juga dapat menambah rasa percaya konsumen pada kualitas produk kita.
Kedepannya IFI Dry Food akan membuat dan mengembangkan web sebagai sarana edukasi kepada masyarakat tentang kreasi apa saja yang bisa dicoba dengan menggunakan Produk GenZy dari IFI Dry Food. Saya juga berharap produk GenZy tidak hanya digunakan sebagai pelengkap makanan dan minuman yang bergizi, tapi banyak produk bermanfaat yang bisa dikembangkan seperti Do it Your Self (DIY) skin care ataupun bentuk lainnya. Ditunggu ya sisters untuk web dari IFI Dry Food dan jika ada kesempatan, saya juga akan menulis kembali di web Sisternet berikutnya. Selagi menunggu tulisan-tulisan berikutnya, yuks kepoin Instagram @genzy_ifidryfood, jangan lupa di follow ya sisters.
GenZy Fact di Instagram @genzy_ifidryfood
Kolaborasi GenZy dengan Masak.TV dalam membuat menu Lasagna dan Smoothies
Pembuatan GenZy Bubuk Stoberi yang bisa menghemat waktu pembuatan dengan hasil warna dan rasa yang tetap sama dibandingkan jus stroberi segar
Sisters juga bisa cek rencana scale up business road map IFI Dry Food pada gambar di bawah ini ya. Saya juga berharap rencana bisnis ini bisa terlaksana dan berkembang dengan mengikuti kegiatan #Sispreneur. Dalam proses scale up business road map, IFI Dry Food menerapkan rencana digitalisasi dan berharap mencapai target nasional dan global. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk bisa mencapai rencana tersebut sekitar Seratus Juta Rupiah yang digunakan untuk pembuatan, maintenance dan promosi platform digital.
Platform digital yang digunakan dalam peta jalan bisnis
[1] Badan Ketahanan Pangan. 2021. Direktori perkembangan konsumsi pangan. Kementerian Pertanian RI. Jakarta. hal.5
[2] Lyn M Steffen (2006). Eat your fruit and vegetables. , 367(9507), 0–279. doi:10.1016/s0140-6736(06)68046-x
[3] http://www.hukor.depkes.go.id
[4] Liss Dyah Dewi Arini (2017). Faktor-faktor penyebab dan karakteristik makanan kadaluarsa yang berdampak buruk pada Kesehatan masyarakat. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Volume 2 (1) : 15-24.