Hai Sisters! Saat ini penipuan digital atau penipuan online marak terjadi di sekitar kita. Apalagi kini aktifitas online masyarakat kian meningkat, bisa dibilang hampir semuanya bisa dilakukan dengan cepat dan mudah secara online.
Bekerja, belajar, belanja, transaksi perbankan hingga investasi semuanya bisa dilakukan secara online. Namun, kamu tak boleh lengah dan harus tetap waspada saat transaksi online dan menjaga keamanan akun-akun digital yang kamu miliki.
Ingat, jangan sampai akun digital dan data-data pribadi kamu diretas oleh penjahat siber. Amit-amit ya, Sisters, oleh sebab itu penting sekali bagi kamu untuk paham dan tahu apa saja ciri-ciri modus penipuan digital yang sering muncul dan cara menghindarinya agar tak jadi korban penipuan digital.
Apa saja modus penipuannya? Simak dibawah ini, yuk!
Selfie atau swa foto adalah hal biasa yang dilakukan banyak orang. Bahkan berkat kecanggihan teknologi, swa foto dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk) kerap dijadikan sebagai salah satu cara paling cepat dan modern dalam melakukan registrasi layanan online, Sisters.
Tapi sayangnya, apabila kamu tidak berhati-hati, foto selfie dengan identitas kamu bisa jadi sasaran empuk penipuan digital. Sebaiknya, kamu jangan pernah mengunggah foto selfie dengan memegang kartu identitas seperti KTP, SIM, NPWP hingga Kartu Kredit di platform sosial media (Facebook, Instagram, Twitter, TikTok), maupun website dan aplikasi yang tidak kamu kenal.
Modus penipuan melalui aplikasi komunikasi online WhatsApp yang umum terjadi adalah kiriman link hadiah atau voucher diskon. kamu harus waspada dengan hal ini sebab apabila kamu meng-klik tautan link tersebut lalu kamu diarahkan untuk mengisi data diri pribadi sebagai syarat penebusan hadiah, maka itu adalah penipuan.
Apabila tiba-tiba kamu mendapat pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal maupun dari grup atau kerabat yang menyebar link hadiah/promosi/diskon, hiraukan saja. Agar aman, hapus saja link tersebut dan jangan pernah tergoda untuk mengkliknya, karena bisa jadi link tersebut telah disusupi malware atau virus yang bisa menyalin data-data di ponsel kamu.
SIM swap fraud adalah modus dimana penipu akan mengambil alih akun media sosial atau akun bank korban dengan menggunakan nomor kartu SIM. Penipu bisanya melakukan penyusuran melalui akun media sosial korban hingga mendapatkan data pribadi seperti nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung.
Setelah pelaku sudah memiliki data korban, pelaku mendatangi gerai seluler dan meyakinkan operator seluler untuk melakukan ganti nomor ponsel korban dan mengurus kembali nomor baru. Setelah berhasil mendapatkan nomor baru, penipu akan dengan mudah melakukan transaksi perbankan dan menguasai akun digital lainnya sebab kode OTP akan dikirimkan ke nomor baru yang dimiliki oleh pelaku.
Sisters, modus penipuan melalui SMS tergolong jadul tapi masih marak terjadi. Pastinya, kamu sendiri sering mendapatkan pesan melalui SMS, yang isinya mulai dari tawaran pinjaman kilat, hingga informasi menang hadiah menggiurkan seperti uang tunai, mobil, motor hingga emas logam mulia.
Umumnya, ciri modus penipuan via SMS ini adalah isi SMS berupa link dengan ajakan untuk mengklik link tersebut atau membalas SMS dengan menyertakan informasi seperti nomor identitas KTP, rekening bank, kode OTP (One-Time Password)(OTP), atau tiga digit nomor Card Verification Value (CVV).
Sisters, kamu jangan gembira dulu apabila mendapatkan telepon dengan kabar menang undian. Waspadai modus penipuan klasik ini, karena zaman now ada banyak modus penipuan dengan cara mengaku dari pihak-pihak perbankan, perusahaan e-commerce (Shopee, Tokopedia, BukaLapak, dll) hingga dompet digital, lalu mengabarkan berita kejutan bahagia bahwa kamu menang sejumlah uang tunai yang akan ditransfer ke rekening bank kamu.
Ciri dari penipuan via telp ini mudah dikenali, yakni menginformasikan kamu menang undian, kemudian syarat menebus undian tersebut adalah kamu diminta untuk memberikan nomor rekening ataupun nomor handphone yang aktif di dompet digital (OVO, Go-Pay, Dana, LinkAJa), dan kode OTP.
Penipuan via email ini juga kerap terjadi hingga saat ini. Cirinya, penipu akan mengirimkan pesan melalui email yang berisikan link website tertentu. Lalu, kamu akan digiring untuk membuka situs tersebut, login dan mengisikan username dan password.
Nah, kamu harus berhati-hati sebab modus penipuan via email ini biasanya berkedok seperti tawaran lowongan kerja, menang undian hadiah, update data perbankan ataupun online shop dan lain sebagainya.
Modus penipuan ini biasa dikenal dengan phishing. Yakni suatu metode pencurian informasi penting seperti username dan password korban yang akan digunakan penipu digital untuk akses ke rekening bank/kartu kredit/dompet digital korban. Jadi, sebaiknya kamu jangan gegabah atau terburu-buru meng-klik email tak dikenal, selalu teliti kembali link URL situs website sebelum login atau transaksi online.
Sisters, modus penipuan mengatasnamakan bank masih kerap terjadi. Cirinya, umumnya penipu akan menghubungi atau mengirimkan pesan singkat melalui SMS/WhatsApp dan menginformasikan kepada nasabah untuk memperbaharui data-data pribadinya.
Modus penipuan phishing untuk mendapatkan data-data seperti username dan password saat transaksi online di internet banking harus kamu waspadai. Penipu akan menyamar dari pihak bank dan mengatakan bahwa kamu wajib untuk segera memperbaharui atau update data kamu agar tidak diblokir oleh pihak bank.
Ingat, hal seperti ini jelas penipuan, kamu harus ketahui bahwa pihak bank tidak pernah menghubungi nasabahnya dari nomor ponsel seperti +62 123 456 789 maupun mengirimkan link yang isinya meminta untuk update data diri.
Modus penipuan account take over ini terjadi ketika seseorang pemilik kartu kredit/ debit maupun akun digital tanpa sadar memberikan data dan informasi pribadi (misalnya tanggal lahir, nama ibu kandung, alamat rumah, foto KTP, NPWP, dan lain sebagainya) kepada penipu, Sisters.
Setelah data didapatkan, penipu melakukan aksi pengambilalihan akun korban dengan data-data tersebut. Biasanya, penipu akan langsung menghubungi pihak bank atau perusahaan terkait guna melakukan update ataupun membuat laporan kehilangan kartu / akun.
Dengan data yang ada, penipu akan mengurus untuk membuat kartu atau akun baru atas nama korban. Bahkan, penipu juga bisa menggunakan data pribadi korban untuk membuat surat kuasa, seolah-olah korban telah menyetujui hal ini, padahal tidak benar adanya.
Jadi waspadalah dengan modus penipuan account take over. Ketahuilah ada jenis data yang sama sekali tidak boleh di share, dan ada juga data yang boleh diberikan kepada pihak tertentu saja.
Sisters, modus kejahatan online yang satu ini menyasar dengan cara memanipulasi psikologi korban sehingga korban menjadi tidak sadar dan memberikan data-data pribadi yang sifatnya rahasia kepada pelaku kejahatan siber/peretas.
Modus social engineering belakangan ini marak dilakukan melalui platform media sosial, e-mail, SMS, WhatsApp, DM Instagram/Facebook, hingga via telepon. Teknik pelaku dalam mengelabui korban dengan modus social engineering ini juga dikenal dengan spear phishing.
Sebagai gambaran, pelaku akan menggunakan segala cara untuk mengelabui korbannya, misalnya berbicara via telepon, mengatasnamakan pihak resmi (misalnya, Bank A) lalu menghubungi korban dan meminta korban untuk berhati-hati dan segera update data agar tidak terkena penipuan atau kartu kredit/debit yang dimiliki tidak di blokir.
Lalu, pelaku umumnya akan mengirimkan link (via e-mail, SMS, WA) dan mengarahkan korban untuk segera melakukan update melalui link tersebut. Tak jarang pula, ada yang langsung mengatakan akan membantu update via telepon, hanya dengan menyebutkan kode OTP, nomor kartu kredit dan 3 digit nomor CVV. Bahkan, pelaku juga menyiapkan situs palsu buatan (yang serupa dengan situs aslinya) agar pelaku meng-upload data dirinya.
Ingat ya, Sisters, jangan terpancing dengan modus berkedok social engineering ini. Jangan mudah percaya dan langsung panik lalu memberikan data-data pribadi kamu kepada penipu online.