Kisah ini dimulai saat saya baru saja melahirkan putri ketiga dalam kondisi perekonomian sedang sulit. Perut masih nyut-nyutan karena SC, tertawa saja sakitnya masih setengah mati. Qadarullah, mantan pasangan hidup (memutuskan) pergi untuk selama-lamanya. Mau tak mau harus memutar otak bagaimana caranya bertahan hidup demi ketiga putri saya, terlebih lagi ada bayi yang baru saja dilahirkan.
Beruntungnya saya memiliki support system yang luar biasa. Disaat sahabat sedang berkunjung, tiba-tiba datanglah Mang Endin sang penjual Bandeng Presto. Teman-teman saya antusias ikut membeli Bandeng buatan Mang Endin. Mereka memuji Bandeng buatannya dan memesan kembali di kemudian hari.
Terbersit di benak saya untuk mengemas ulang dan menjual Bandeng presto tersebut. Bandeng yang dijajakan Mang Endin dengan kemasan vakum dan dibekukan terlebih dahulu. Pelanggan tinggal menghangatkan dengan cara digoreng sebelum disajikan. Akhirnya saya berdiskusi dengan beliau untuk memesan Bandeng Presto dengan standar yang telah saya tentukan. Mang Endin menyambut hangat ide saya, dengan senang hati ia membuatkan pesanan Bandeng Presto yang saya branding dengan nama Bandeng Djuwarrrak. Dengan bermodalkan uang hasil penjualan piano, saya merintis usaha bersama Mang Endin. Bandeng yang asalnya dijual alakadarnya, kini saya kemas lebih aman dengan kualitas rasa lebih baik.
Perjalanan Bandeng Djuwarrrak tak selalu mulus. Selain dijual ke sekolah-sekolah, saya juga menitipkan dagangan di Pasar Modern BSD. Tapi lebih banyak rugi karena habis di ongkos. Akhirnya saya memutuskan berjualan dengan cara menggaet reseller, hitung-hitung berbagi rejeki bagi mereka yang mau memulai usaha tanpa modal. Alhamdulilah, pelan-pelan Bandeng Djuwarrak bisa tersebar se-Jabodetabek, Bandung dan Jogja berkat mereka.
Adakalanya penjualan Bandeng Djuwarrrak menurun, saya kembali memutar otak untuk membuat olahan ready to heat lainnya. Terinspirasi dari menu kesukaan anak-anak, Ayam Bacem yang saya ungkep hingga lembut dan bumbunya meresap hingga ke tulang.
“Ah coba saja jual menu olahan ayam,” batin saya.
Benar saja, Ayam Bacem saya disukai teman-teman. Saya mulai memberanikan diri untuk membuat Ayam Bacem ready to heat dengan jumlah lebih banyak. Target pasar saya adalah ibu-ibu yang suka dengan masakan rumah yang sehat namun lezat. Tekstur ayam yang super lembut menjadi andalan bagi putra-putri yang picky eater. Karena dijual dalam kemasan frozen, maka jangkauan pemasaran bisa meliputi Jabodetabek, Bandung, Yogya, Solo hingga Surabaya dengan layanan 1 day services.
Dari situlah titik balik saya untuk memulai hidup baru. Saya lebih percaya diri, lebih bahagia karena memasak adalah salah satu self therapy, serta lebih merdeka secara finansial. Tak terasa saya sudah menjual ribuan ekor Bandeng Djuwarrrak dan ratusan ekor Ayam Bacem. Tak cuma itu, saya juga sudah mengeluarkan menu ready to heat lainya seperti Cakalang Asap Rica, Cumi Cabe Ijo, Rendang Jengkol, hingga Lontong Mie.
Oleh karena itu saya bertekad untuk mengikuti kompetisi Modal Pintar dari Sisternet. Saya ingin mengembangkan usaha agar memiliki jangkauan usaha lebih luas, penambahan SDM, dan penambahan aset yang mendukung penjualan. Jika saya terpilih masuk inkubasi #ModalPintar, saya ingin memberikan kesempatan pada siapapun yang ingin menjadi reseller Bandeng Djuwarrrak dan menu ready to heat lainnya. Terlebih lagi di masa pandemi yang serba sulit serta lapangan kerja semakin sedikit. Semoga bisnis ini menjadi ladang pahala yang menghasilkan duit.
Salam Semangat!
#ModalPintar