Pantas saja Bu Tejo dalam film “Tilik” dijuluki Ratu Ghibah se-Indonesia oleh netizen. Gimana nggak, isinya cuma gosipin keburukan satu orang. Informasi yang disampaikan Bu Tejo juga nggak jelas. Sumbernya hanya dari media sosial.
Buat kamu yang sudah pernah nonton film pendek itu, mungkin akan merasa “disentil” jika kamu punya hobi sama dengan Bu Tejo, yaitu suka bergosip. Padahal kebiasaan tersebut nggak baik, Sisters.
Nah, ini nih, dampak buruk bagi orang yang hobi bergosip atau bergunjing. Hati-hati, ya, Sisters!
1. Dapat julukan “Tukang Gosip”
Buat orang-orang yang punya pikiran dan rasa malu, dijuluki tukang gosip atau biang gosip adalah sebuah ledekan. Predikat yang tak seharusnya dibanggakan. Julukan ini pasti akan menyebar luas, bahwa kamu adalah orang yang gemar ngerumpi, penyebar rumor, ngomongin aib orang, bahkan cenderung ke arah fitnah.
2. Dijauhi banyak orang
Begitu kamu terkenal dengan sebutan bigos, orang-orang yang tidak suka mencampuri urusan orang lain, tentu enggan berhubungan atau berteman denganmu. Karena informasi yang kamu sebarkan, kebanyakan palsu alias hoax. Belum terbukti kebenarannya. Dan itu bisa menjadi fitnah.
Mereka menganggap waktu mereka akan habis nggak berfaedah berteman dengan orang yang doyan bergunjing. Lebih baik cari teman yang dapat memberi energi positif dan bisa membawa kebaikan buat mereka.
3. Menghalalkan segala cara untuk dapat informasi
Namanya tukang gosip, tentu saja harus ada bahan menarik, ter-update buat disebarluaskan. Entah itu berita baik atau buruk. Berita baik pun, ujung-ujungnya pasti bakal jadi jelek.
Bagi si tukang gosip, suatu prestasi bila berhasil paling awal mendapatkan informasi. Menghalalkan segala cara agar bisa menjadi orang pertama yang memperoleh informasi tentang orang lain.
Tidak penting apakah informasi itu benar atau tidak. Biasanya orang seperti itu akan menelan informasi secara mentah-mentah. Tanpa disaring terlebih dahulu.
4. Pikirannya selalu negatif dan timbul penyakit hati
Begitu melihat atau mendengar kabar orang lain, apalagi musuh, bawaannya selalu curiga, negative thinking. Contohnya memergoki si A satu mobil sama si B yang ternyata bosnya, langsung deh jadi bahan gosipan di kantor. Bahwa si A pacaran dengan si B, lalu dikaitkan dengan kenaikan jabatan si A.
Padahal mungkin saja satu mobil karena ada rapat untuk project yang harus dikerjakan bersama. Dan kebetulan si A baru saja naik jabatan atas prestasinya menggolkan project besar.
Kalau pikiran sudah negatif melulu, maka penyakit hati akan mengikuti. Timbul rasa iri, dengki, dendam, dan penyakit hati lainnya. Ada rasa ingin menjatuhkan kawan atau lawan karena tidak suka melihat kesuksesan atau kebahagiannya.
5. Nggak bakal dipercaya orang jadi tempat curhat
Saat kamu demen bergosip, orang lain tidak akan mempercayaimu sebagai tempat curhatnya. Mereka khawatir, kamu akan menyebarluaskan curhatannya kepada banyak orang. Entah itu secara sengaja atau tidak. Biasanya orang yang suka gosip, sering sekali keceplosan. Curhatan yang tadinya bersifat pribadi, malah jadi konsumsi publik.
6. Ditinggalkan sahabat sejati
Siapa yang tahu hati manusia. Kadang sering berubah. Ketika kamu dan sahabatmu slek atau bertengkar, kamu bisa saja membocorkan ‘kartu as’ sahabatmu sendiri ke orang lain. Rahasianya terbongkar dan jadi bahan gosipan. Jika sampai terdengarnya, dia akan marah besar dan hubungan persahabatan kalian bakal tercerai berai.
7. Pekerjaan terbengkalai, karier tamat
Sekali, dua kali bergosip memang mengasikkan. Tapi kalau setiap hari waktumu cuma dipakai untuk ghibah, pastinya akan mengurangi produktivitasmu dalam bekerja. Pekerjaan tidak ada yang selesai tepat waktu. Terbengkalai karena kamu sibuk menyebar rumor ke seluruh penjuru kantor.
Konsekuensi dari pekerjaan yang amburadul, kalau nggak diomelin bos, ya dapat surat peringatan sampai dipecat secara tidak hormat. Kariermu bisa hancur berantakan. Mungkin ini bisa jadi ‘azab’ buat tukang ghibah.
Tidak ada kata terlambat, kok, bagi orang-orang yang ingin bertobat, termasuk buat para penyebar gosip. Jangan lagi pernah kepo sama hidup orang lain. Urus saja dirimu sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik dengan menjaga lisan, ya, Sisters!