Namaku Milka Fiddiyahadi, seorang perempuan berusia 32 tahun yang memulai usaha rumahan saat pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Sebagai istri dan juga ibu, aku tak bisa tinggal diam ketika aku merasa pemasukan keluargaku berkurang. Setelah mencari-cari ide, akhirnya kuputuskan membuat kue brownies resep turun temurun dari Bundo, ibuku.
Tahun 2005, Bundo memulai usaha brownies ini. Kue buatan Bundo laku keras hingga 100 pemesan tiap harinya. Jadi sudah pasti ini akan jadi ide bisnis yang bagus, pikirku saat itu. Lalu aku beranikan diri untuk mencoba membuat tester-nya.
Saat para anggota keluarga mencicipi, komentar mereka:
“Enak sih, tapi teksturnya masih agak kering dan belum lumer”
Sempat kecewa, tapi aku tak berkecil hati. Aku terus mencoba baking berkali-kali hingga menemukan tekstur dan rasa yang pas di lidah banyak orang. Bahkan aku sampai lupa waktu! Aku tak mau menyerah karena aku juga punya support system yaitu suami dan Bundo tercinta.
Momen yang paling bikin deg-degan adalah setiap menanti komentar dari keluargaku saat mereka mencicipi semua brownies hasil eksperimenku yang entah sudah keberapa kalinya.
Hingga suatu hari:
“Nahh ini dia, yang ini pas banget! Lumer, manisnya juga pas. Enak!” ujar mereka.
Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil menemukan tekstur yang tepat!
Setelah rasa dan teksktur yang pas sudah kutemukan, serta saat itu bulan Ramadan dan Lebaran sudah dekat, akhirnya kuberanikan diri untuk menawarkan brownies jualanku. Kucari lagi ide packaging yang ciamik dan sedang hype untuk mengemasnya sebagai paket hampers Hari Raya. Karena saat itu juga banyak orang sedang mencari bingkisan untuk diberikan ke kerabat mereka. Kutawarkan brownies kesana kemari. Alhamdulillah, orderan browniesku ramai, Sisters! Sempat kewalahan, tapi berkat support system-ku, suami dan Bundo, aku bisa menyelesaikan sampai 50 loyang perhari. Hingga mendekati hari-H Lebaran, masih banyak orderan yang masuk.
Sampai hari inipun, setiap harinya aku masih banyak terima order. Tak henti-henti aku bersyukur bahwa aku dan keluargaku masih diberikan rezeki sebagai tambahan pemasukkan.
Oh iya, aku juga mau share bahan-bahan dan cara pembuatan brownies-ku. Semoga bermanfaat untuk para Sisters yang juga ingin memulai berbisnis membuat brownies.
Bahan-bahan:
- 200 gram dark cooking chocolate
- 150 gram mentega atau margarin
- 3 butir telur
- 200 gram gula halus
- 150 gram tepung terigu serbaguna
- 1 1/2 sdt baking powder double acting
- 1/2 sdt garam
- 1/2 sdt vanili bubuk
- 150 gram kacang kenari / almond / mete cincang, sangrai (aku skip)
Cara membuat:
- Panaskan oven, set pada suhu 175°-185°C. Siapkan loyang ukuran 22x22x4 cm, olesi dengan margarin kemudian alasi dengan baking paper atau taburi tepung tipis-tipis.
- Ayak tepung terigu, garam, vanili, dan baking powder. Sisihkan.
- Tim dark cooking chocolate dan mentega dengan teknik double boiler hingga meleleh. Sisihkan.
- Kocok dengan whisker gula, telur di dalam sebuah wadah hingga semua bahan larut.
- Masukkan dark cooking chocolate dan mentega leleh. Aduk hingga rata.
- Masukkan campuran tepung, aduk perlahan hingga tercampur rata. Jangan overmix ya!
- Terakhir masukkan kenari. Aduk hingga rata.
- Panggang dalam oven selama kurang lebih 35 menit. Jangan overbake juga ya, agar tekstur browniesnya fudgy (legit). Jadi kue yang matang akan keras di permukaan luarnya, tapi agak basah atau lembek di dalam (ketika ditusuk). Namun ketika kue sudah dingin, bagian dalam akan mengeras sendiri.
- Setelah matang, keluarkan loyang. Brownies siap disajikan! Yummy!
Terima kasih kepada Sisternet yang telah memberikan kesempatan untuk sharing perjuanganku dalam membantu pemasukan keluarga di tengah pandemi ini. Tetap semangat untuk Sisters lainnya!
#KisahUsahaRumahan