Kebijakan pembelajaran jarak jauh secara daring selama pandemi Covid-19 mungkin membuat para orangtua khawatir jika anak akan kecanduan gawai Padahal, penggunaan gawai tak selamanya berdampak negatif, Sisters.
Mengutip akun Instagram Psikolog, Saskhya Prima, ada beberapa dampak positif yang bisa anak dapatkan dari gawai. Mulai dari menambah informasi baru, memotivasi anak untuk belajar, melatih kemampuan mengingat, hingga media diskusi pembelajaran bagi orangtua dan anak.
Lalu, bagaimana memaksimalkan fungsi gawai agar berdampak positif bagi anak? Simak tips berikut:
1. Awasi tontonan anak dan ajak diskusi
Tak hanya sekadar duduk di sebelah anak saat anak menggunakan gawai, kamu juga perlu terlibat aktif. Misalnya, dengan mengajak diskusi tentang hal apa yang sedang anak tonton.
Selain itu, kamu juga bisa menyambungkan isi konten pada gawai dengan kehidupan sehari-hari anak. Dengan demikian, anak bisa mendapatkan hiburan dan juga pembelajaran.
Namun, usahakan untuk memulai percakapan dengan nyaman sehingga anak tidak merasa terganggu. Jadi, jangan sampai orangtua terlalu membebaskan anak bermain gawai.
2. Membatasi screen time sesuai usia anak
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health Organization waktu penggunaan gawai atau screentime dapat dibagi berdasarkan kategori usia anak:
- Bayi di bawah usia 18 bulan
Sebaiknya tidak sama sekali tetapi boleh video call dengan keluarga dalam waktu singkat.
- Balita usia 18–24 bulan
Sebaiknya sedikit sekali atau tidak sama sekali. Kalaupun mau melihat tayangan tertentu, pilih program dengan isi konten yang berkualitas dan tetap dampingi.
- Kelompok bermain usia 3–5 tahun
Maksimal 1 jam karena pada usia ini anak sudah mulai bisa berimajinasi dan berinteraksi dengan tokoh favorit dalam program tontonannya. Kamu bisa membantu anak menyalurkan imajinasinya melalui permainan kreatif.
- Anak sekolah usia 6–10 tahun
Antara 1–1,5 jam. Pada usia ini anak sudah mulai menggunakan gawai untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Namun, pastikan bahwa penggunaan gawai tidak memengaruhi rutinitas anak, seperti kegiatan di luar sekolah dan waktu istirahatnya.
3. Pilih konten yang berkualitas
Misalnya tontonan dengan alur pelan sehingga anak bisa mencerna informasi dan interaksi bersama tokoh dalam cerita. Kamu juga bisa mengarahkan anak pada aplikasi yang membuat mereka aktif bergerak atau berpikir untuk memecahkan suatu masalah.
Dengan memilih konten berkualitas, kamu bisa memaksimalkan pembelajaran karena anak tetap mendapatkan pengetahuan.
4. Online dan offline harus seimbang
Jangan biarkan anak terlalu lama bermain dengan gawai. Selain bisa menimbulkan kecanduan, kesehatan mata anak juga mungkin saja terganggu. Maka, penting untuk orangtua tetap menyeimbangkan waktu antara bermain gawai dengan kehidupan sesungguhnya. Jangan sampai kegiatan online membawa dampak negatif pada waktu offline.
Salah satu cara untuk menghindari hal ini, yaitu usahakan apa yang dikonsumsi anak dari gawai bisa langsung diterapkan pada kegiatan sehari-hari oleh anak.
5. Gunakan fitur 'dalam pengawasan orangtua'
Kamu perlu menggunakan fitur kontrol orangtua. Dengan fitur tersebut kamu dapat memantau apa yang dilihat anak di TV dan apa yang mereka lakukan dengan internet.
Tak hanya itu, penting juga bagi kamu untuk mendapatkan informasi tentang aplikasi ponsel. Hal ini dapat meminimalisir risiko atau bahaya penggunaan gawai pada anak.
6. Temukan kegiatan lain sebagi alternatif
Dorong anak untuk aktif berjalan-jalan, naik sepeda, atau bermain di luar. Biarkan juga anak untuk menjelajah hal apa yang mereka sukai. Dengan mengarahkan anak melakukan kegiatan lain, maka penggunaan gawai yang berlebihan dapat dihindari, Sisters.
Namun yang paling penting, jadikanlah orang tua di rumah sebagai panutan anak-anak. Jangan hanya memerintah saja, tetapi contohkan juga hal-hal yang baik pada anak sehingga penggunaan gawai tak berdampak negatif.