Sisters, menjadi orangtua baru, terutama ibu, merupakan hal yang cukup melelahkan, dari segi fisik maupun mental. Kasus baby blues akhirnya juga semakin meningkat setelah pandemi.
Di masa pandemi ini pula mengharuskan orang-orang mengisolasi diri membuat ruang gerak ibu makin terbatas. Hal tersebut juga meningkatkan peluang bagi ibu untuk mengalami baby blues bahkan postpartum depression, Sisters.
Yuk, simak penjelasannya!
Dalam kasus biasa, postpartum depression bisa ditemui satu di setiap lima ibu yang baru melahirkan. Kondisi ini biasanya bisa menyerang pikiran, emosi, hingga peran sebagai ibu itu sendiri. Dengan adanya aturan untuk jaga jarak hingga larangan keluar rumah hal ini dapat menjadi semakin buruk.
Dilansir dari The Conversation, kebijakan untuk tetap berada di rumah dan jaga jarak membuat ibu lebih sering bertemu suami dan anak yang justru membuatnya rawan terkena konflik yang mana dapat mengganggu adaptasi dengan bayi yang baru lahir. Selain itu, ibu juga tidak bisa mendapat bantuan oleh ibu atau mertua untuk menjaga sang bayi saat sekadar ditinggal untuk mandi.
Hal-hal yang dulunya dianjurkan untuk mengurangi tingkat stres pada ibu hamil juga bahkan tak bisa dilakukan. Misalnya bertemu dengan orang lain, sekadar jalan-jalan atau ngopi, hingga berkomunitas dengan sesama ibu.
Dilansir dari Today, gejala yang dialami meliputi:
- Ibu menjadi sering menangis
- Merasa nervous
- Tidak menjadi diri sendiri
- Kesulitan tidur
- Kehilangan nafsu makan atau berhenti makan
- Tidak merasa terikat dengan bayi
Jika gejala-gejala tersebut muncul selama ini, ada kemungkinan mengalami depresi.
Di masa pandemi ini, banyak orang yang tersakiti secara mental, apalagi jika keadaannya sebagai new mom. Untuk itu, saling menjaga dan mendukung satu sama lain walau tak bisa bertemu harus selalu dilakukan. Buat para ibu baru yang sedang merasa butuh bantuan dan dukungan, jangan sungkan terus terang kepada suami, sahabat atau kerabat terdekat ya. Stay strong, Sisters!