Sisters, empat tahun sejak penutupan Kampung Dolly tahun 2014, Pemerintah Kota Surabaya terus membangun ulang perekonomian daerah tersebut. Salah satunya adalah menyulap kawasan yang dulunya terkenal dengan kawasan lokalisasi menjadi kampung kreatif.
Kampung Kreatif Dolly saat ini memiliki lima UKM aktif, terbanyak dibandingkan RT lainya. UKM tersebut meliputi pengolahan makanan ringan dan berat, batik tulis, penjahitan sprei, busana muslim, dan kelompok burung berkicau.
"Ini programnya pemerintah kota, jadi warga itu secara tidak langsung diberi pembelajaran untuk berdikari," ujar Nirwono Supriyadi, ketua RT Kampung Kreatif Dolly saat di salah satu rumah UKM Sentra Olahan Hasil Ternak, baru-baru ini.
Nirwono Supriyadi mengungkapkan, program tersebut ditujukan untuk pemberdayaan warga eks-lokalisasi Dolly.
"Jadi program pemberdayaan warga untuk membuka peluang usaha baru. Kalau program pemberdayaan warga itu jalan, wilayah itu pasti ramai dan perekonomian akan lebih maju daripada wilayah lain," katanya.
Menurut Nirwono, salah satu rumah telah dibeli Pemkot Surabaya untuk digunakan warga sebagai usaha UKM-nya.
"Rumah pada Jalan Putat Jaya Gang 2A No 9 ini dibeli pemerintah kota untuk digunakan warga produksi pangan berat dan ringan, sudah disediakan alat-alat sama dinas," kata Nirwono.
Adapun produk pangan yang dihasilkan seperti telur asin, geprek telur asin, geprek ayam, geprek bebek, dan jajanan pasar. Nirwono mengakui, tantangan selama empat tahun menyulap eks-lokalisasi Dolly adalah merubah pemikiran warga.
"Di Kampung Kreatif gang 2A ini dulu memang lokalisasi 97%. Untuk merubah mindset (pola pikir) warga itu susah, di mana dulu dapat uang besar gampang dengan sewa kamar. Lalu diubah sekarang kan menjual hasil jerih otak, tenaga, dan keringat untuk uang kecil. Maka dari itu kita pinter-pinter mendampingi dan support terus," ujarnya.
Nirwono menjelaskan, untuk mendirikan UKM tidak memerlukan warga satu kampung, cukup dengan anggota minimal 3 orang saja.
"Warga yang mau masuk atau bikin usaha UKM membentuk kelompok. Tidak perlu banyak, boleh mulai dari 3-5 orang. Kalau UKM sudah jalan pasti orang lain ikut," ujarnya.
Selain itu, warga yang ingin berwirausaha pun juga mendapat dampingan dan dibina agar tidak merugi.
"Pikiran mereka kan kalau sudah bikin pasti laku, padahal belum tentu kan. Di sini kami membantu memberikan bimbingan, seperti saran perbaikan misalnya packaging kurang bagus, penataan makanan kurang menarik, dan cara penjualannya," katanya.
Nirwono berharap, Kampung Kreatif Dolly kedepannya menjadi model kampung di mana tiap rumah memiliki usaha UKM masing-masing. Wah, keren, ya!
"Harapan saya agar kampung ini dapat produktif. Produktif dalam arti baik, yaitu masing-masing rumah kalau bisa punya produksi UKM masing-masing," pungkasnya.
Foto header: trubus.id