Sisters, godaan diskon memang tidak hanya ramai saat jelang akhir tahun, tapi juga ketika memasuki tanggal muda atau pada saat gajian. Paling serunya lagi kalau ada diskon gede-gedean. Wah, siapa juga yang nggak tertarik?
Tapi untuk menyelamatkan keuanganmu tiap bulan, kamu harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Yuk, sikapi dengan bijak serbuan diskon besar-besaran dengan cara ini:
Diskon hampir ada setiap bulan, kok!
Diskon besar-besaran merupakan salah satu strategi pemasaran dari perusahaan agar konsumen tertarik membeli barang atau jasa yang dijual. Sah-sah saja. Tinggal bagaimana sikap kamu sebagai konsumen. Di sinilah pentingnya untuk belajar tidak hanya mengandalkan diskon. Jangan langsung membeli karena ada diskon, apalagi untuk barang-barang non-kebutuhan.
Percayalah diskon itu tidak lari meski dikejar. Setiap bulan hampir selalu ada diskon. Jadi kalau kamu melewatkan diskon bulan ini, bulan depan pasti ada lagi. Tidak percaya? Ini nih contohnya:
Januari: diskon Tahun Baru
Februari: diskon Hari Valentine
Maret: diskon Tahun Baru China
April: diskon Hari Kartini
Mei: diskon ramadhan, karena tahun ini bertepatan dengan bulan puasa
Juni: diskon liburan anak sekolah.
Juli: diskon Tahun Ajaran Baru sekolah.
Agustus: diskon Hari Kemerdekaan
September: diskon September ceria
Oktober: diskon Hari Sumpah Pemuda
November: diskon Hari Pahlawan
Desember: diskon Natal dan menjelang Tahun Baru.
Ada juga diskon untuk memperingati Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), Jakarta Great Sale, Midnight Sale, menyambut Hari Pelanggan Nasional, dan masih banyak lainnya. Jadi, jangan khawatir. Simpan uangmu untuk membeli kebutuhan dengan diskon di bulan yang tepat. Tidak harus bulan ini, kok.
Pahami alasan obral digelar besar-besaran
Ini juga penting untuk kamu ketahui, yakni memahami alasan penjual memberi diskon besar-besaran. Ada beberapa motif, pertama, penjual mengiming-imingi diskon karena barang tidak laku. Kedua, ingin menghabiskan barang dengan model tertentu lantaran akan memproduksi model terbaru.
Ketiga, diskon hadir karena si penjual ingin memperkenalkan merek produk baru sehingga konsumen tertarik membeli. Alasan keempat, karena barang yang dijual sedikit cacat, misalnya pada jahitan atau lainnya. Jadi, ketahui dulu motif-motif ini sebelum kamu membeli sehingga kamu bisa menentukan kualitas dan mengambil keputusan apakah jadi membeli atau tidak barang tersebut.
Ada beberapa diskon yang tricky
Apa maksudnya? Biasanya penjual akan menaikkan harga jual terlebih dahulu sebelum memberi diskon. Naiknya tidak tanggung-tanggung, bisa dua kali lipatnya. Misalnya harga celana sebelumnya Rp200 ribu per potong, dinaikkan menjadi Rp400 ribu per potong. Lalu dijual dengan diskon 50%. Jadi sebetulnya harga setelah diskon, sama kan dengan harga awal Rp200 ribu. Itu artinya, sama saja tidak ada potongan harga.
Taktik lainnya dengan memberikan diskon besar-besaran 80% misalnya. Namun, sering dijumpai penulisaannya 50% + 30%. Misalnya, harga barang sebesar Rp1 juta. Dapat potongan harga 50% + 30%, maka harga jual menjadi Rp200 ribu saja? Ternyata salah. Bukan begitu cara menghitungnya.
Jika harga awal Rp1 juta, perhitungannya didiskon 50% dulu menjadi Rp500 ribu. Kemudian didiskon lagi 30% dari Rp500 ribu, menjadi Rp350 ribu. Jika dihitung dari harga awal Rp1 juta, maka konsumen sebetulnya hanya mendapat diskon 65% saja. Nah, praktik seperti ini bukan berarti penjual berbohong. Itulah trik mereka, tinggal kamu sebagai konsumen yang harus lebih pintar.
Pastikan mempertimbangkan beberapa hal di atas sebelum akhirnya memutuskan membeli barang diskonan. Jangan aji mumpung, lantas kamu kalap berbelanja sampai duit habis, kantong jebol yang pada akhirnya menimbulkan penyesalan. Jadi pembeli yang bijak dan cerdas dalam mengelola keuangan dan melihat serbuan diskon besar-besaran, ya, Sisters.