Sisters, baik itu saat bermain, maupun prestasi di sekolah, kamu mungkin melihat betapa gigih dan kompetitifnya si kecil. Sayangnya, tidak semua usaha yang mereka lakukan akan berbuah kemenangan. Agar kuat menghadapi segala pengalaman hidup, termasuk kekalahan, orangtua perlu mengajari anak menerima hal tersebut.
Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua? Agar anak tak terus terpuruk dalam emosinya, kamu perlu melatih anak untuk bersikap lapang dada dalam menerima kekalahan. Ikuti tipsnya berikut ini, ya!
Sisters, orangtua memiliki tugas untuk mengantarkan anak pada kesuksesan. Namun, hidup terkadang juga dihiasi oleh berbagai kekalahan.
Oleh karena itu, orangtua perlu menempa dan mengajari anak untuk belajar menerima kekalahan dan kembali bangkit demi mengejar keinginan. Jika tidak, anak yang gagal menerima kegagalan rentan mengalami kecemasan.
Orangtua memiliki tugas untuk mengantarkan anak pada kesuksesan. Namun, hidup terkadang juga dihiasi oleh berbagai kekalahan.
“Kemampuan untuk menerima ketidaksempurnaan—sesuatu yang berjalan tidak sesuai harapan—sangat penting untuk dipelajari anak. Ini mengajarkan mereka jadi lebih mandiri untuk mencapai keberhasilan di masa depan,” ujar Dr. Amanda Mintzer, psikolog anak di Child Mind Institute.
Bagi orangtua yang ingin mengajari anak belajar menerima kekalahan, beberapa cara berikut mungkin bisa membantu, di antaranya:
Sisters, kekalahan membuat anak merasa sedih, marah, dan kecewa. Itu pasti dan normal terjadi. Itu sebabnya, kamu perlu menunjukkan rasa empati.
Berusahalah untuk turut merasakan kesedihan yang ia alami. Tujuannya, bukan untuk menambah rasa sedihnya, melainkan menjadi orang yang bisa dijadikan tempat bersandar.
Tunjukkan empatimu lewat kata, tindakan, dan ekspresi. Dekati si kecil, kemudian beri dia pelukan atau usapan lembut di kepala atau pipi. Ungkapkan pula kalimat yang dapat membuat perasaannya menjadi lebih baik.
Kamu juga perlu menjelaskan bahwa kegagalan bisa terjadi kepada siapa pun. Jadi, anak tidak perlu merasa berkecil hati dan harus lapang dada.
Namun, jangan pula membiarkan anak terus bergantung padamu setiap kali ia berada di situasi yang sama. Kamu harus memberi tahunya berbagai cara lain untuk mengatasi emosinya tersebut.
Orangtua menjadi panutan yang tepat untuk dapat mengajari buah hatimu menerima kekalahan. Bagaimana caranya, Sisters?
Misalnya, saat kamu membuat kue bersama anak. Kamu mengharapkan hasilnya akan sempurna, enak, dan lezat. Sayangnya, kue itu jauh dari ekspektasi.
Pada saat inilah kamu bisa mengajari anak untuk menunjukkan sikap lapang dada. Meskipun menunjukkan rasa kecewa, tegaskan bahwa hal tersebut bukan menjadi masalah.
Kamu bisa berkata, “Yah, kurang enak kuenya. Tapi, nggak apa-apa, deh. Mama tetap senang karena bisa bikin kue sama kamu. Lain kali, kita bikin kue yang jauh lebih bagus dan enak, daripada ini, ya….”
Mencoba untuk mengekspresikan hal ini membantu si kecil keluar dari perasaan kecewa dan gagal. Sekaligus, mengajarkan anak untuk tidak menyerah dan menemukan solusi jika mereka menghadapi tantangan yang sama, Sisters.
Cara terbaik untuk meredam kekecewaan anak atas kegagalannya adalah mengakui apa yang telah mereka lakukan. Entah itu memberi pujian, hadiah, atau apa pun yang bisa menyenangkan hatinya.
Selain itu, jangan lupa untuk memberikan mereka dukungan dan kata-kata yang menunjukkan bahwa kamu bangga atas apa yang telah mereka usahakan.
Mengajari anak untuk menerima kekalahan memang bukan hal yang mudah. Apalagi pada anak dengan kondisi tertentu, misalnya gangguan kecemasan, penyakit bipolar, dan lain-lain.
Bila kamu kesulitan, jangan ragu untuk konsultasi dengan terapis atau dokter. Mereka akan membantu anak agar berhasil menghadapi kekecewaan dan kegagalan yang mereka temui, atau kamu bisa juga mengkomunikasikannya dengan pasangan, Sisters.