Di tengah masyarakat yang menganggap memiliki kulit putih bercahaya adalah simbol kecantikan, semakin banyak wanita yang kini beralih pada produk pemutih kulit guna mencapai dan mempertahankan rona kulit yang selama ini diimpi-impikan. Krim pemutih kulit selalu menjadi primadona di pasar perawatan kulit Indonesia, dengan angka penjualan yang terus menjulang tinggi.
Tapi, banyak orang tidak menyadari bahaya yang mengintai mereka saat mengoleskan adonan bahan kimia ke wajahnya.
Sulit untuk dapat memastikan apa yang terkandung dalam produk pemutih kulit karena produsen sering tidak sepenuhnya mengungkapkan daftar bahan baku yang terlibat. Beberapa bahan (petroleum jelly, vitamin E, dan asam ekstrak buah, misalnya) terbukti tidak berbahaya. Produk-produk ini juga mungkin mengandung bahan-bahan aktif yang dapat mengurangi konsentrasi melanin, sel pemberi warna kulit.
Tetapi, di saat yang bersamaan, beberapa produk krim pemutih mengandung bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan efek samping serius seperti merkuri dan hydroquinone.
Merkuri
Penggunaan berlebihan krim pencerah yang mengandung merkuri telah dikaitkan dengan kerusakan otak, masalah ginjal, dan gagal ginjal. Laporan lain menunjukkan bahwa kontak dengan merkuri dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, sakit kepala, kelelahan, tremor tangan, depresi, mual, produksi air liur berlebih, peradangan lidah dan gusi, dan sejumlah gejala lainnya. Kemungkinan efek samping lain dari penggunaaan produk pemutih kulit mengandung merkuri termasuk pigmentasi refraktori dan kecacatan janin saat digunakan selama masa kehamilan.
Hydroquinone
Paparan berlebihan terhadap hydroquinone dapat menyebabkan neuropati, sebuah penyakit sistem saraf. Lebih lanjut, para ahli percaya bahwa hydroquinone dapat meningkatkan risiko kanker kulit, kerusakan hati dan ginjal saat terserap dalam aliran darah, katarak, perubahan warna kulit, dan dermatitis, jika dibiarkan terkena kontak dengan kulit.
Cara mengenali krim pemutih kulit berbahaya
Banyak dari gejala keracunan krim pemutih kulit yang tidak spesifik dan cukup sulit untuk diketahui. Biasanya, ketika pengguna krim mulai mengalami gejala seperti tangan gemetar dan sakit kepala, dokter akan menganjurkan mereka menjalani tes urin. Analisis urin dapat mengidentifikasi konsentrasi merkuri tinggi yang hadir dalam tubuh. Untuk kasus sperti ini, pasien dapat lebih lanjut meminta pengujian pada produk pemutih wajah terhadap kandungan merkuri.
Namun, sering kali produk-produk ini tidak dapat teridentifikasi karena terkemas dalam wadah yang tidak bertanda. Di Indonesia, krim ini tidak dijual bebas di konter-konter kecantikan di pusat perbelanjaan, tetapi mereka terbilang murah dan mudah diakses secara online.
Meskipun Food and Drugs Association US (FDA) dan Uni Eropa telah menetapkan peraturan ketat terhadap penggunaan merkuri dan hydroquinone dalam produk perawatan kulit, serta mewajibkan produsen untuk secara transparan membeberkan setiap komposisi pendukung dalam kosmetik dan obat-obatan, tetap diperlukan kewaspadaan dan kebijakan ekstra saat membeli produk perawatan kulit impor. Merkuri telah ditemukan dalam beberapa krim pemutih kulit impor, termasuk dari Amerika Latin, India, dan Cina.
Bahan-bahan yang harus dihindari dalam krim pemutih kulit
Selalu teliti daftar komposisi produk pemutih kulitmu dan hindari nama-nama berikut: mercurous chloride, calomel, mercuric, dan mercurio untuk nama lain merkuri; 1,4-Benzenediol, p-Benzenediol, p-Dihydroxybenzene, p-Dioxybenzene, p-Hydroquinone, p-Hydroxyphenol, Arctuvin, Benzohydroquinone, Bezoquinol, 1,4-dihydroxybenzol, Tequinol, Aida, dan Benzene untuk nama lain hydroquinone.
Ada banyak alternatif yang lebih aman jika kamu menginginkan perawatan kulit yang dapat khusus mencerahkan noda hitam, stretch mark, atau warna kulit yang tidak merata. Kamu juga dapat meminta resep rejimen perawatan kulit yang tepat untuk masalah kamu dari dokter kulit.