Kondisi kesehatan masyarakat Iwur, Pegunungan Bintang, Papua cukup memprihatinkan sebelum kedatangan Nurasma Hamra Yati dan 6 teman lainnya dalam program Nusantara Sehat. Dari sekian cara yang digunakan untuk mengubah kondisi kesehatan tersebut, Mama Papua Siaga (Mapasi) menjadi salah satu inovasi yang diusung Hamra dan kawan-kawan dan berhasil mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Hamra dan kawan-kawan merupakan peserta Nusantara Sehat (NS) berbasis Tim pada 2015. Sejak itu berbagai pengalaman hidup di daerah pinggiran Timur Indonesia ia dapatkan, termasuk Mapasi.
Berawal dari kekhawatiran Hamra terhadap kesehatan dasar para mama di sana yang tidak memahami bagaimana menjaga kesehatan keluarga. Jangankan itu, untuk mandi, cuci, dan mengetahui makanan bergizi saja cukup sulit.
Melalui pelatihan Mapasi ini, para mama di Papua mendapatkan materi dan praktik di bidang kesehatan. Materi yang diberikan dikemas semenarik mungkin namun tetap sederhana sehingga mudah diterima dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi yang diberikan adalah pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pengetahuan dasar tentang perawatan anak, pertolongan pertama pada anak sakit, gizi keluarga, hingga perawatan dalam rumah tangga.
''Materi diberikan dalam bentuk potongan gambar gambar karena mayoritas para mama di sini buta huruf, dan penyampaian materi dengan bahasa yang sederhana,'' ujar Hamra.
Mapasi dilakukan seminggu sekali setiap Sabtu sore di luar kegiatan Posyandu. Ada sekitar 40 orang mama yang diberi materi dengan gambar dan praktik langsung.
Dalam memberikan pengetahuan memang dirasa Hamra tidak sulit. Para mama di sana sama sekali tidak terpapar pengetahuan tentang kesehatan. Tidak hanya para mama, semua masyarakat di Iwur menerima dengan mudah pengetahuan kesehatan dari Hamra dan kawan-kawan melalui inovasi Mapasi.
Hal-hal sederhana seperti mandi dengan benar sudah dilakukan. Sebelumnya cara masyarakat Iwur mandi cukup dengan menceburkan diri ke sungai tanpa melepas pakaian hingga selesai. Pakaian itu tidak mereka ganti namun dipakainya sampai kering.
''Mereka tidak mengganti pakaian. Pakaiannya dipakai hingga kering, dan itu yang menyebabkan kulit mereka berjamur seperti batik,'' ucap Hamra. Tapi, Sisters, kini mereka sudah mandi dengan benar, memakai sabun, menggosok gigi, mengganti dan mencuci pakaian.
Merokok yang kebanyakan orang bilang susah untuk berhenti, bagi masyarakat Iwur justru mudah. Agar masyarakat di sana berhenti merokok, Hamra mengaku dirinya dan kawan-kawan terus mensosialisasikan bahaya merokok, bahkan salah satu warga sampai mengatakan dirinya sudah berhenti merokok karena bikin dosa dan mengaku takut dimarahi perawat (suster).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat nampaknya sudah tertanam dalam perilaku masyarakat di sana. Tidak hanya itu, kesadaran untuk berobat dan melakukan persalinan pun meningkat.
Tidak dengan teori medis atau istilah kedokteran, Hamra dan kawan-kawan hanya menggunakan kalimat sederhana untuk mengubah kebiasaan mereka menjadi lebih baik. Contoh hal sederhana yang dikatakan Hamra dan kawan-kawan kepada para mama di sana adalah: jika melahirkan itu harus sama suster, nanti berdarah banyak dan tidak selamat, katanya.
Tentang penanganan penyakit pada anak, para mama tidak perlu lagi diminta datang ke Puskesmas, mereka sudah secara otomatis datang ke sendiri ke Puskesmas ketika anak atau keluarganya sakit.
Cara sederhana juga Hamra dan kawan-kawan lakukan dalam memperbaiki nutrisi. Dengan Mapasi, para mama diberi pengetahuan tentang makanan bersumber protein, karbohidrat, dan lemak melalui gambar. Pengetahuan tentang nutrisi juga diperdalam dengan demo masak. Makanan pokok di sana adalah pisang, kebiasaan warga adalah memakan pisang bakar. ''Kita bikin berbagai masakan dari pisang kemudian mengenalkannya ke mama-mama,'' jelasnya.
Sayangnya, Hamra mengaku sumber protein susah didapatkan, di sungai tidak ada ikan, burung pun susah ditemui. Tapi ada 1 kolam ikan milik pak mantri, dan telah dikembangkan untuk masyarakat agar bisa mengelolanya masing-masing.
Ada pula kacang kedelai, rencananya Hamra dan kawan-kawan ingin bekerjasama dengan pengolah pertanian untuk bisa mengajari cara mengolah kacang kedelai menjadi tempe atau tahu. ''Tapi itu yang belum kesampaian, tapi kita sudah sempat penen kecang kedelai,'' ucapnya.
Mapasi mendapat respon baik dari para mama dan masyarakat Iwur. Keberadaanya sangat membantu mereka dalam mendapatkan pemahaman tentang kesehatan, dan telah terbukti mengubah kebiasaan sehari-hari mereka menjadi PHBS.
''Saya memang sebenarnya mau sekolah seperti ini, ada sekolah untuk mama-mama. Saya senang sekali kalau suster kasih saya belajar-belajar begini,'' kata Hamra menirukan ucapan salah seorang mama di sana.
Bahkan ketika program NS selesai di sana, pemerintah daerah mengadopsi program NS dengan SDM dari daerah itu sendiri.
Sumber artikel: Kemenkes RI