Sisters, kamu mungkin sudah familiar dengan istilah kecanduan obat, tapi tahukah kalau ternyata istilah tersebut tidak sama artinya dengan ketergantungan? Seseorang yang mengalami ketergantungan obat belum tentu seorang pecandu, tapi seseorang yang sudah kecanduan obat sebelumnya kemungkinan besar mengalami ketergantungan obat. Masih bingung? Berikut penjelasan lengkapnya. Simak, yuk!
Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai proses konsumsi obat yang dilakukan berulang-ulang di luar aturan penggunaannya atau tidak sesuai resep dokter, meski tujuannya semata untuk mengatasi gejala, meredakan rasa sakit, atau mendukung fungsi tubuh. Ketergantungan obat pun tetap dapat muncul bahkan meski kamu menggunakan obat tersebut sesuai aturan pakai yang telah diresepkan dokter.
Ketergantungan muncul ketika tubuhmu telah menyesuaikan diri dengan kehadiran obat tersebut, sehingga kamu lama-lama kebal terhadap efek obat. Reaksi kebal obat inilah yang membuat beberapa orang cenderung suka seenaknya menaikkan dosis sendiri supaya bisa mendapatkan efek obat yang diinginkan, Sisters.
Di sisi lain, ketika kamu memutuskan untuk berhenti minum obat itu, tubuh akan “berontak” dengan menunjukkan reaksi penarikan atau gejala putus obat karena merasa kebutuhannya akan suatu zat kimia tertentu tidak terpenuhi. Gejala yang dapat terjadi antara lain pusing, mual, pingsan, nyeri di sekujur badan, hingga halusinasi berlebihan. Untuk mengatasi reaksi putus obat, maka kemudian kamu akan harus kembali mengkonsumsi obat tersebut dalam dosis yang lebih kuat.
Sisters, bukan hanya obat-obatan terlarang (narkoba) saja yang bisa menyebabkan ketergantungan. Setiap obat-obatan medis resmi yang digunakan berkelanjutan dalam jangka panjang nyatanya dapat menyebabkan ketergantungan, termasuk obat pereda nyeri yang dijual bebas di warung dan obat-obatan steroid kuat seperti morfin dan fentanyl yang wajib pakai resep dokter.
Ketergantungan obat bisa menjadi awal dari penyalahgunaan obat dan kecanduan, serta berisiko memicu terjadinya overdosis yang berakibat fatal. Untuk mencegah ketergantungan obat, pemberian jenis obat beserta dosis dan jadwalnya harus di bawah pengawasan dokter.
Jika kamu perlu menaikkan atau menurunkan dosisnya, konsultasikan ke dokter. Hanya dokterlah yang bisa dan berhak mengubah dosis obat-obatan yang kamu konsumsi untuk mencegah terjadinya gejala putus obat.
Orang yang mengalami ketergantungan obat sering kali menampakkan gejala kecanduan, walaupun keduanya hal yang berbeda. Oleh karena itulah, keduanya sering sulit dibedakan — terutama pada kasus di mana obat yang digunakan adalah obat resep.
Dikutip dari National Institute on Drug Abuse, kecanduan obat adalah kondisi yang terjadi ketika kamu tidak bisa lagi mengendalikan dorongan atau keinginan yang tak tertahankan untuk menggunakan suatu obat. Orang yang memiliki kecanduan tidak mempunyai kuasa untuk menghentikan apa yang mereka lakukan, gunakan, atau konsumsi bahkan ketika penggunaannya merusak atau mengganggu kewajibannya dalam bekerja, berkeluarga, dan hidup bersosial, Sisters.
Kecanduan berbeda dengan ketergantungan. Ketika kamu ketergantungan untuk melakukan kebiasaan yang selalu kamu lakukan, kamu bisa menghentikannya kapan saja sesuai dengan kondisi yang terjadi. Tidak dengan kecanduan, Sisters. Kecanduan membuat kamu benar-benar kehilangan kontrol sehingga tidak lagi mampu untuk menghentikan perilaku tersebut, terlepas dari apa yang kamu untuk menghentikannya dan seberapa keras usaha tersebut.
Orang tersebut hanya mementingkan dorongan untuk menggunakan obat daripada melakukan aktivitas normal lainnya, bahkan sampai menggunakan cara yang melanggar hukum demi mendapatkannya. Maka, bukan tidak mungkin kecanduan sampai bisa menyebabkan perubahan perilaku, kebiasaan, bahkan hingga fungsi otak secara permanen.
Tidak hanya obat, kecanduan juga bisa disebabkan hal lain seperti kecanduan alkohol, seks, berjudi, bahkan kecanduan minum kopi, lho, Sisters.