Sisters, internet sekarang ini bukan hanya digunakan untuk sekedar mencari informasi dan chatting saja. Banyak orang, khususnya yang tinggal di perkotaan besar menjadikan internet sebagai bagian dari gaya hidup.
Puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia, berperilaku sangat konsumtif. Itu sebabnya electronic commerce atau akrab disebut e-commerce, dianggap bisa menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia nantinya.
Ada beberapa hal yang tidak bisa kita temukan, jika kita bicara mengenai e-commerce atau perdagangan elektronik. Seperti 3 hal ini, Sisters:
Sering lihat ibu-ibu sedang tawar menawar dengan penjual sayur keliling? Seru ya, Sisters! Tapi, dalam kegiatan ekonomi digital, kita tidak bisa menemukan proses tawar menawar semacam itu. Ada sih beberapa e-commerce yang memberikan kita kesempatan untuk bidding, tapi hanya segelintir saja. Mayoritas harga yang tercantum adalah harga pasti yang harus dibayar.
Berdesakan dan rebutan barang murah di pusat perbelanjaan bagi sebagian orang bisa menjadi kegiatan yang seru. Tidak jarang, ada kejadian langka dan lucu saat sedang asyik berebut. Misalnya, bisa saja di antara mereka ada yang baper karena nggak kebagian barang incaran.
Tapi tidak halnya dalam ekonomi digital. Ketika barang incaranmu sold out, kamu tinggal mencari toko e-commerce lain untuk mencari barang yang sama atau mirip. Pasti ada, kok!
Satu hal lagi yang tidak bisa dilakukan, kamu tidak bisa memilih barang secara langsung. Jadi, ada saja kemungkinan barang yang kamu pesan tidak sesuai dengan harapanmu. Atau bisa saja barang yang kamu terima mengalami kerusakan dalam proses pengiriman.
Kalau sudah begitu, antara kamu harus gigit jari atau melaporkan hal ini dan mengikuti prosedur atau mekanisme refund yang sudah ditentukan. Baiknya, kamu baca dulu syarat dan ketentuan yang diterapkan setiap penjual sebelum melakukan transaksi, Sisters.
Menurut kamu selain 3 hal di atas, apa lagi yang tidak bisa kita temukan dalam ekonomi digital, Sisters?
Foto header: pixabay.com