Selamat Hari Pahlawan, Sisters!
Di momen Hari Pahlawan ini, beribu bahkan berjuta kata terima kasih tidak bisa membayar nyawa dan jasa yang telah dikorbankan para pahlawan demi kita. Namun, apakah pahlawan harus seorang lelaki dan selalu berjuang di medan perang? Menurut saya itu salah besar. Selama ini ada #PahlawanSisternet yang sangat dekat dengan Sisters semua. Ibu.
Ya, ibu. Ia adalah pahlawan yang berjuang sejak Sisters hanya berupa zigot hingga sekarang. Sembilan bulan beliau berjuang demi melahirkan perempuan-perempuan kuat yang siap mendobrak dunia. Segala kesakitan yang melebihi ribuan belati beliau hiraukan demi lahirnya malaikat kecil kebanggaannya ke dunia.
Siang malam bagai tiada batas. Hatinya sering kali teriris kala mendengar ratu kecilnya menangis. Rasa kantuk, lapar, dan lelah seakan tidak menghalangi demi melihat putri kecilnya kembali tersenyum. Bukankah itu juga disebut pahlawan?
Kini, malaikat kecil yang dulu selalu beliau timang-timang telah beranjak dewasa. Perempuan itu adalah perempuan yang dilahirkan dari seorang wanita berhati baja bertulang besi. Wanita yang rela bertaruh apapun termasuk nyawa demi permata hatinya. Apakah itu belum bisa disebut pahlawan?
Izinkan saya mengungkapkan isi hati saya.
Ibu, kau adalah pahlawan hidupku.
Terima kasih atas segala pengorbananmu. Kau lebih dari seorang pahlawan dalam hidup. Perjuanganmu memang bukan di medan perang dan beralatkan bambu runcing. Namun, perjuanganmu adalah di kehidupan dan beralatkan keteguhan hati.
Sisters, di atas adalah #PahlawanSisternet dalam kehidupan saya. Siapa #PahlawanSisternet di kehidupanmu?
Ilustrasi: Dokumen Pribadi | Unsplash