Aku membuka lagi catatan kuliah semester lalu. Tulisan rapi, peta konsep, menyenangkan ketika membaca ulang!
Judul kuliahnya tertulis besar-besar FEMINISME EKSISTENSIALIS; isi materinya adalah pemikiran Simone de Beauvoir, soal pilihan otentik perempuan.
Kata de Beauvoir, pada suatu baris catatanku itu, perempuan terkonstruksi dengan narsiskus-nya, yang pada ujungnya nanti menimbulkan melankolia. Ya, narsis lalu kemudian melankolis. Miris! Sejurus kemudian, aku kembali pada layar laptop yang terpampang pertanyaan, SIAPA PEREMPUAN MUDA BERKARYA INSPIRASIMU?
Rasanya bola lampu di kepalaku menyala seketika. Jawabannya: aku.
Sebutlah aku narsis, yang setelahnya melankolis. Lalu pertanyaan lebih lanjut kini bermunculan. Bisakah aku menjadi inspirasi? Pantaskah aku menjadi inspirasi? Akankah aku menerima diriku sendiri sebagai inspirasi? Dan setumpuk pertanyaan lain yang menjurus pada keraguan. Tapi, toh, kata orang keraguan itu baik adanya, dengannya kita bisa mendapat pengetahuan atau memastikan kebenaran untuk kita percayai. Maka aku melanjutkan penobatan itu.
Aku berpegang pada prinsip bahwa tidak ada yang salah dengan menjadi perempuan sekaligus anak muda, perempuan muda.
Barangkali memang konstruksi besar di dalam masyarakat kita masih menempatkannya pada bagian bawah hierarki gender dan hierarki usia. Namun, zaman tidak pula bisa ditolak, kemauan tidak pula bisa dibendung. Kalaupun ada yang besyukur karena tidak dilahirkan sebagai seorang perempuan, itu dulu, dulu sekali. Masa yang mendiskreditkan perempuan sudah lewat jauh. Kalaupun ada yang menghalangi perempuan untuk menjadi apa yang diinginkan, itu keliru, keliru sekali. Halangan seperti itu telah didobrak.
Perempuan muda di masa sekarang ini rasanya justru menjadi penanda untuk ‘angin segar perubahan’.
Perihal berkarya dan karya, aku tentu mengakui bahwa belum banyak yang telah kulakukan, tidak seperti orang-orang lain di luar sana. Namun, kalau dikembalikan pada arti karya paling sederhana, yaitu hasil perbuatan atau hasil ciptaan, tidakkah sesungguhnya semua orang telah berkarya. Yang menjadi pembeda cuma besar kecilnya, banyak sedikitnya, sohor tidaknya. Meskipun karya yang kubuat belum besar, belum banyak, dan belum sohor, aku tetap telah berkarya.
Aku senang menulis. Menulis apa saja, bisa curhatan, bisa pengalaman, bisa pula hasil pemikiran.
Tujuan utamanya hanya satu, agar aku bisa membaca pikiranku sendiri di atas kertas. Tujuan sampingannya, agar aku terinspirasi dari aku-yang-sudah-lewat untuk berbenah diri di masa sekarang. Kalau orang-orang beranggapan menjadi inspirasi berarti harus jadi besar dulu, aku ingin menampik anggapan itu. Inspirasi bisa jadi siapa saja, siapa saja bisa jadi inspirasi. Maka untuk diriku sendiri, aku memilih menjadi inspirasi. Sebabnya hanya tiga, aku perempuan, aku muda, dan aku berkarya.
Atau bahasa kerennya: #SisterMudaBerkarya.
Ilustrasi: www.giorgiopagliara.com