Ibu adalah pahlawanku yang paling SUPER. Ia super care dalam menjagaku, superketat dalam mendidikku, super cerewet dengan omelannya dan super lainnya yang tidak tertandingi. Di antara semua itu, yang paling kukesalkan adalah ibu SUPER PELIT. Kadang aku jadi malas meminta apa-apa padanya dan memilih langsung merengek pada ayah.
PELIT. Satu kata itu yang dulu aku gunakan untuk menggambarkan sifat ibu. Bagaimana tidak? Jatah uang saku selalu di bawah standar temanku lainnya. Minta ini-itu jarang banget dipenuhi. Kalau pun dipenuhi pasti ada syarat yang harus dicapai dulu. Akhirnya aku sering sekali menahan keinginan, entah untuk jajan atau memiliki barang-barang sepele seperti pensil warna dan kotak pensil yang dipunyai temanku, dan lain-lain. Intinya, ibu tidak akan mengabulkan permintaanku jika tidak benar-benar butuh atau penting.
Saat duduk di bangku SMP, ibu memberi uang saku dengan sistem mingguan. Aku jadi belajar mengelola sendiri uang sakuku. Saat itu aku benar-benar harus menahan keinginanku untuk menghabiskan uangku dalam satu waktu. Seringnya aku kalah di tengah jalan. Namun, lagi-lagi, ibu ‘peduli’ jika anaknya ini tidak bisa jajan di kantin sekolah.
Lambat laun aku terbiasa dengan sikap ibu. Ketika aku kuliah di luar kota, aku harus terbiasa hidup jauh dari orang tua dan menetap di kosan. Saat itulah aku harus pandai mengelola keuangan agar kebutuhan makan, bayar sewa kos dan tugas kuliah, semua dapat terpenuhi.
Awalnya memang berat. Makan seadanya. Untuk pergi kuliah harus bersepeda dulu untuk menghemat ongkos. Lama-kelamaan justru saya menikmati masa-masa itu sebagai masa perjuangan yang indah dikenang. Nyatanya saya bisa menyandang gelar S1 tepat waktu dengan IPK cum laude.
Setelah itu, baru aku sadar bahwa semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya. Nyatanya, jika ibu pelit, bagaimana mungkin ia menguliahkanku? Bagaimana mungkin ia mendahulukan kepentinganku untuk membeli laptop dibanding keinginannya membeli kulkas? Jika ibu pelit, mungkinkah beliau rela menghabiskan uang berjuta-juta untukku, ketika ia bisa menggunakannya untuk kepentingan sendiri?
Disitu aku tertegun, mengingat ibu yang memanjakanku dengan cara yang berbeda dari yang lain. Bukan dengan memberikan segala yang kumau, tetapi lebih menuntutku berusaha dan ia akan memfasilitasinya. Dengan caranya, ia berhasil mengantarkanku ke kehidupan sekarang. Aku terbiasa menjalani rumah tangga dengan cara yang ia ajarkan. Aku terbiasa hidup berkecukupan, jadi tidak kebingungan meski tak ada uang di tangan.
Hidup bahagia tidak selalu bermewah-mewah. Dengan bersyukur, hidup jadi lebih tentram. Itulah pesan ibu.
Itulah yang ingin kuterapkan pada anak-anakku kelak. Aku juga ingin menjadi SUPER MOM bagi mereka. Aku akan manjakan mereka dengan caraku sendiri, agar pada saatnya nanti mereka mengerti tujuan baik di balik semua itu.
#PahlawanSisternet