Hai, Sisters! Tahukah kamu kalau Bapak Perfilman Indonesia adalah Usmar Ismail?
Iya, dia adalah sutradara kenamaan Indonesia. Banyak film Indonesia yang sukses di bawah tangan dinginnya, salah satunya adalah Tiga Dara (1956) yang kembali tayang di bioskop setelah 60 tahun berselang. Nama besarnya pun diabadikan sebagai nama pusat perfilman dan gedung kesenian di Jakarta Selatan. Padahal banyak sisi menarik Usmar Ismail yang patut diketahui, terlebih atas keterlibatannya dalam film Tiga Dara, Sisters.
Lahir di Bukittinggi pada 1921, Usmar Ismail menunjukkan minat besar terhadap literatur dan sastra sejak di bangku sekolah. Dia membuat banyak naskah drama dan puisi, dan pernah mendirikan perkumpulan penggemar sandiwara bersama seniman besar Indonesia lainnya, seperti El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simandjuntak, Sudjojono, dan H.B. Jassin.
Pada masa pendudukan Jepang, Usmar Ismail bergabung dalam barisan tentara hingga mendapatkan pangkat Mayor. Walau demikian, Usmar Ismail masih terus aktif menulis puisi, naskah drama, dan artikel di surat kabar. Saat ia merantau ke Jakarta adalah awal kariernya di dunia film. Ia memulainya dengan menyutradarai film Harta Karun (1949) dan Tjitra (1949).
Kegelisahan Usmar Ismail terhadap film Indonesia membuatnya mendirikan perusahaan film yang dinamai Perfini. Tujuannya adalah untuk mengangkat karya asli Indonesia yang dapat membangkitkan kesadaran berbangsa dan bertanah air. Sayang idealisme Usmar Ismail tidak berlangsung mulus, Sisters.
Film-film Usmar Ismail, meski berkualitas tinggi dari segi penceritaan, jarang mencapai sukses secara komersial. Sampai akhirnya, di filmnya yang ke-11, Usmar berusaha membuat film yang memeluk selera pasar, yang saat itu sedang menggandrungi film bergenre drama musikal. Usmar Ismail bersama dengan M. Alwi Dahlan akhirnya menulis cerita ringan tentang tiga saudara perempuan yang hidup bersama ayah, dan nenek mereka yang selalu berusaha mencarikan jodoh untuk ketiga cucunya. Film inilah yang kemudian kita kenal sebagai Tiga Dara, Sisters.
Tak disangka, tak dinyana, film Tiga Dara sukses besar di pasaran, Sisters! Film ini bertahan sampai 8 minggu di bioskop pada awal pemutarannya. Bahkan mengilhami kontes Tiga Dara digelar di kota-kota besar di Jawa. Eh, Titiek Puspa pernah mengikuti salah satu kontesnya di Semarang, lho Sisters. Tidak heran pula kalau saat itu nama Tiga Dara banyak dipakai dalam berbagai produk iklan kala itu.
Pencapaian yang paling tidak disangka oleh Usmar Ismail sendiri adalah ketika Tiga Dara ini diputar di festival film bergengsi Venice International Film Festival pada 1959. Sebagai catatan saja, itu adalah festival film tertua di dunia, Sisters. Wow, keren!
Foto: wikipedia.org