Hello, Sisters!
21 April selalu menimbulkan keceriaan di Indonesia dengan meriahnya aneka perayaan di mana anak-anak hingga perempuan dewasa mengenakan kostum tradisional daerah. Cukup banyak kantor yang mewajibkan karyawan perempuannya mengenakan kebaya atau baju daerah lain di hari itu. Kemeriahan ini tentu tidak salah, namun ada baiknya Sisters meneladani RA Kartini dari sisi lain. Bukan hanya dari kebaya yang dikenakan, tetapi dari kebiasaannya menulis.
Iya, menulis! Bukankah korespondensi Kartini dengan sahabat-sahabat penanya di luar negeri yang membuatnya diangkat sebagai Pahlawan Nasional?
Memang ada pro kontra mengenai penetapan Hari Kartini ini. Menurut Wikipedia, pihak yang kontra beranggapan bahwa Hari Kartini tidak perlu dan selayaknya digabungkan dengan Hari Ibu pada 22 Desember. Alasannya, masih banyak pejuang perempuan Indonesia yang tak kalah hebat, seperti Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, Dewi Sartika, dan lainnya. Selain itu, Kartini pun hanya berjuang di wilayah Jepara dan Rembang saja, dan ada kemungkinan surat-suratnya direkayasa sebagian demi kepentingan propaganda Belanda. Di sisi lain, pihak yang pro menyatakan bahwa Kartini adalah tokoh nasional karena gagasan-gagasan pembaruan yang dituangkannya dalam korespondensi. Cara pikirnya yang membuat Kartini layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Mari kesampingkan perdebatan tersebut dan teladani hal yang nyata, yaitu kebiasaan Kartini menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Mungkin banyak di antara kamu yang hobi menulis atau bahkan punya blog yang rutin di-update. Ada juga sisters yang mengikuti acara Sister Community – Writing Workshop bersama Ollie @salsabeela beberapa waktu lalu, dan telah mengunggah artikel yang kamu tulis di segmen Cerita Sister.
Tetapi… masih banyak lho artikel masuk namun tidak dapat dipublikasikan oleh Sisternet. Mengapa?
Beberapa di antaranya sudah disebutkan di artikel ini, seperti fokus pada pesan utama, gunakan kalimat aktif, dan perhatikan EYD! Mari kita bahas lebih lanjut mengenai EYD atau ‘Ejaan Yang Disempurnakan’ yang berlaku sejak tahun 1972 ini.
Kesalahan terkait EYD, yang cukup banyak ditemui editor Sisternet, adalah sebagai berikut:
Penulisan Huruf
Gunakan HURUF KAPITAL di awal kalimat dan saat menuliskan nama kota, negara, atau seseorang. Ada setidaknya 15 aturan penggunaan huruf kapital yang bisa kamu googling atau cek langsung di badanbahasa.kemdikbud.go.id.
Gunakan huruf miring saat menuliskan nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing, serta nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Penulisan Kata
Kata Depan. Ini dia kesalahan yang paling umum terjadi!
Di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti: kepada dan daripada. Misalnya: di rumah, dari tadi, ke luar negeri.
Bedakan ya, di sebagai kata depan dan di sebagai imbuhan (awalan kata). Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) selalu ditulis bersama kata dasarnya, biasanya ini diikuti dengan kata kerja. Misalnya: ditulis, diperbaiki, dipukul, dan sebagainya.
Kata Ganti. Kata ganti, seperti ku, kau, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Berbeda dengan partikel lainnya (-lah, -kah, -tah), partikel pun ditulis terpisah ya, kecuali untuk kata yang lazim dirangkai seperti: adapun, ataupun, bagaimanapun, sekalipun, meskipun, walaupun, sungguhpun.
Penulisan Singkatan
Singkatan nama orang, gelar, dan pangkat diikuti tanda titik ya, misalnya: A.H. Nasution atauM.B.A. atau S.Pd. (Sarjana Pendidikan).
Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak perlu diikuti tanda titik ya! Misalnya Rp (rupiah), kg (kilogram), dan Cu (kuprum).
Singkatan umum yang terdiri dari 3 huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya: dsb. (dan sebagainya) atau sda. (sama dengan atas). Tetapi, jika hanya 2 huruf, maka setiap huruf diikuti satu titik, misalnya: a.n. (atas nama) atau u.p. (untuk perhatian).
Penulisan Tanda Baca
Tuliskan tanda baca – seperti titik, koma, tanda tanya, tanda seru – lalu ikuti dengan spasi (ruang kosong). Bukan sebaliknya ya!
Tulislah … (titik) dan bukan ,,, (koma) saat ingin menunjukkan suatu kelanjutan.
Tanda hubung digunakan untuk merangkai beberapa kata berikut: se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X.
Selain hal-hal tersebut, ada juga yang perlu diperhatikan supaya kamu bisa menulis dalam Bahasa Indonesia yang lebih baik:
Gunakan kalimat aktif di mana subjek sebagai pelaku – saat memungkinkan.
Gunakan kalimat lengkap dengan kaidah SPOK (subjek-predikat-objek-keterangan) yang tepat.
Penulisan kata-kata yang sering salah:
Mengubah; bukan merubah.
Antre, atlet, dan apotek; bukan antri, atlit, dan apotik.
Karier; bukan karir.
Februari dan November; bukan Pebruari dan Nopember.
… dan masih banyak lagi kata-kata lain yang sering salah tulis. Tipsnya mudah saja, googling saja kata tersebut di KBBI daring (kbbi.web.id) dan cari tahu penulisan yang tepat.
Selamat browsing dan membaca lebih lanjut tentang hal ini ya, Sisters! Mari menulis dengan kaidah Bahasa Indonesia yang lebih baik!
Foto: pixabay.com