Sisters, kamu pernah atau bahkan sedang mengalami Toxic financialship? Hubungan ini sering juga disebut sebagai bucin atau budak cinta, dimana salah satu pihak memiliki ketergantungan yang berlebih dari sisi ekonomi terhadap pasangannya, dan pihak lainnya rela melakukan apa saja demi kebahagiaan pasangannya walaupun tindakan itu akan merugikan dirinya sendiri.
Hubungan yang tidak sehat ini tidak hanya menimpa para pasangan muda yang berstatus sudah menikah tapi juga yang masih pacaran. lho!
Menurut Perencana Keuangan Aidil Akbar, toxic financialship berkaitan erat dengan toxic relationship. Dimana salah satu pihak dari hubungan tersebut melakukan pemaksaan kehendak, menyakiti dan merugikan pasangannya baik dari fisik, mental dan materi.
Simak ciri-cirinya agar kamu kamu bisa terhindar dan lebih bijak dalam memilih pasangan, Sisters!
- Laki-laki yang boros dan selalu menggunakan uang pasangannya
- Perempuan yang dimanfaatkan dalam banyak kesempatan;
- Lelaki yang sering berhutang ke pasangannya atau ke pihak lain tapi yang melunasi adalah pasangannya
- Perempuan yang sampai menjual aset atau barang yang dimiliki untuk uangnya diberikan kepada pasangannya.
- Laki-laki yang meminjam barang pasangannya untuk kemudian dijual tapi uangnya dipakai sendiri.
- Perempuan yang meminjam uang ke orang lain dan uangnya digunakan pasangannya untuk hal yang tidak berguna/sia-sia.
- Perempuan yang sampai berbohong ke orang tua untuk mendapatkan uang tapi diberikan ke pasangannya.
- Perempuan yang sampai bekerja dan penghasilannya diberikan ke pasangannya dan dipakai untuk biaya hidup dan main.
- Perempuan membelikan barang mahal (seperti handphone harga Rp20 jutaan atau motor atau mobil bahkan rumah) dan membayar/mencicil dengan uangnya sendiri tapi atas nama pasangannya dan barangnya hanya digunakan oleh pasangannya.
Lalu bagaimana sih cara menghindari dan menyelesaikan hubungan yang sudah ke tahap toxic financialship?
1. Cari Pasangan yang Sudah Bekerja
Rata-rata usia para generasi milenial adalah usia yang sudah masuk kedalam usia produktif. Artinya kebanyakan dari generasi milenial sudah memiliki pekerjaan atau bisnis dengan penghasilan yang stabil.
Nah, salah satu cara menghindari mendapatkan pasangan yang bisa merugikan keuanganmu adalah dengan mencari pasangan yang telah bekerja juga. Sama-sama memiliki penghasilan akan membuat risiko salah satu pihak dalam hubungan untuk meminjam atau meminta uang.
2. Cari yang Penghasilannya Nggak Jauh Beda Sama Kamu
Terkadang perbedaan jumlah penghasilan membuat pasangan menjadi ketergantungan kepada pasangan yang memiliki nilai penghasilan jauh lebih tinggi karena alasan dia lebih mapan dan tidak akan rugi jika membagi sedikit penghasilan untuk pasangannya sendiri.
Biasanya pasangan yang memiliki penghasilan lebih kecil akan meminta pasangan yang berpenghasilan lebih besar dimulai dari hal-hal kecil seperti membayar kencan atau makanan setiap makan bersama. Tapi dari hal kecil tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk yang bisa berubah menjadi pemaksaan untuk memberikan barang-barang mahal yang melebihi kemampuan pasangannya.
3. Hindari Mereka yang Bergaya Hidup Terlalu Mewah
Jika kamu sedang dekat atau PDKT coba perhatikan dulu gaya hidupnya sebelum mulai ketahap hubungan berikutnya. Apakah dia orang yang sederhana, biasa saja atau terlalu boros dalam urusan keuangan.
Hal ini bisa dilihat dari gaya hidupnya. Pertama kamu bisa perhatikan dari pilihan tempat kencan atau ketemuan, apakah dia selalu menyarankan ke tempat-tempat yang mahal atau bisa dilihat dari kebiasaanya yang suka membeli barang-barang mewah terlalu sering walaupun tidak terlalu dibutuhkan.
Terkadang ada orang yang gaya hidupnya terlalu mewah dari apa yang gajinya bisa berikan dan berpasangan dengan orang seperti ini akan membuat kamu rugi dari sisi keuangan baik dengan dia yang memaksamu mengikuti gaya hidup yang demikian atau kamu secara tidak sadar mengikuti gaya hidup seperti itu.
4. Jika Pasangan sudah Berani Meminjam dengan Angka yang Terlalu Besar, Putusin Aja!
Tidak perlu alasan mengapa kamu menolak meminjamkan. Jika pasangan telah menunjukan kebiasaan meminjam uang dengan sangat sering sampai berani meminjam dengan jumlah yang besar artinya pasangan tersebut sudah mulai menjadi parasit dalam hidup kamu.
Hubungan yang sehat adalah mereka yang saling memberi, membantu dan melengkapi. Bukan hanya memberi dan mengalah saja. Jika kamu merasa pasangan sudah berlebihan dalam menghabiskan uang kamu, jangan lama-lama dalam memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak. Langsung akhiri saja, ingat kebiasaan adalah hal yang sulit dilepas, jika kamu terus mengalah kerugian yang datang akan lebih besar.
5. Ajari Pasangan Pentingnya Memiliki Keuangan yang Sehat
Untuk kamu yang akan menikah, walaupun selama berpacaran pasangan tidak menunjukkan ciri-ciri pasangan yang bisa menjerumuskan kamu ke dalam toxic financialship tapi bukan berarti setelah menikah tidak ada kemungkinan. Ada banyak kasus dimana pasangan bisa berubah pola pikir dan sifatnya ketika menikah dan perubahan ini bisa saja merugikan kamu dari sisi keuangan.
Untuk itu, penting untuk menyinggung tentang keuangan kepada pasangan. Sebelum memutuskan menikah, kamu dan pasangan coba saling belajar untuk menerapkan keuangan yang sehat ketika berumah tangga nanti. Ajari pasangan betapa pentingnya keuangan yang sehat untuk keutuhan rumah tangga nantinya. Dengan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya memiliki keuangan yang stabil akan membuat kamu dan pasangan lebih mudah lagi dalam mengatur keuangan keluarga masa depan kamu nantinya.
Toxic financialship bisa menghampiri siapapun untuk itu selalu siapkan diri dan waspada ketika akan menjalani hubungan, pastikan pasanganmu memiliki visi dan misi yang sama denganmu soal keuangan yang baik, stabil dan sehat. Ingat pasanganmu bisa memiliki dampak yang besar terhadap dirimu termasuk gaya hidup dan keuangan. Untuk itu berhati-hati dalam memilih pasangan, ya, Sisters!