Hai Sisters! Memiliki dan menjalankan bisnis sendiri telah menjadi kebutuhan belakangan ini. Fenomena serupa sulit ditemui pada satu dekade lalu, dimana menjadi karyawan atau pegawai negeri sipil masih mendominasi profesi idaman. Kini, orang tak lagi ragu mendeklarasikan diri sebagai pengusaha, apapun levelnya, karena infrastruktur yang membaik serta peluang pemasaran produk yang terbuka luas.
Hanya saja, tidak semua pelaku bisnis memilih untuk langsung mendirikan bisnis dengan skala besar dan atau dilengkapi infrastruktur lengkap layaknya miniatur usaha kantoran. Banyak di antaranya mengambil jalur bisnis kecil atau level UKM dengan berbagai pertimbangan, mulai dari level permodalan, menghemat pengeluaran hingga menganut falsafah bisnis start from small.
Apapun pertimbangan dalam menjalankan bisnis dan memilih jalur bisnis, tentu sang pelaku usaha telah memiliki dasar yang kuat. Hanya saja, memiliki bisnis kecil level UKM tak menjadikan yang bersangkutan lepas dari potensi kerugian. Menariknya, lambatnya keuntungan usaha kerap disebabkan oleh hal-hal sepele, dan kerapkali bersifat non-teknis.
Berikut adalah kesalahan yang kerap dilakukan pelaku UKM dan merugikan bisnis mereka:
1. Teledor akan permodalan
Persoalan modal bisa menjadi jebakan yang merugikan untuk kelangsungan bisnis. Meski bisnis yang dijalankan sekedar level UKM, akan sangat membantu jika kamu mengerti dan memahami arus permodalan. Jika tidak, kamu akan gagal mengerti kapan seharusnya membuka diri terhadap suntikan modal baru.
Entah karena ego atau apapun yang sifatnya non-teknis, kamu tidak akan sadar bahwa kondisi dana yang tak memadai bisa jadi merupakan sinyal untuk mulai menemukan investor baru. Apalagi saat bank menolak pemberian kredit, mungkin ada baiknya kamu berselancar di Internet guna menemukan pemodal daring. Tapi, hal sebaliknya juga bisa terjadi, dimana kamu meminjam terlalu banyak uang. Risikonya tidak hanya terletak pada kesulitan melunasi pinjaman, melainkan rusaknya kredibilitas karena credit rating yang anjlok. Yang terakhir ini dampaknya cukup sulit diperbaiki karena menyangkut trust.
2. Malas memahami tahapan bisnis
Kerapkali semangat entrepreneurship yang tinggi membuat pelaku bisnis lupa dan tidak mau memahami tahapan bisnis. Layaknya makhluk hidup, bisnis juga memiliki tahap tumbuh kembang. Tahapan ini dimulai dari pertumbuhan, yang ditandai oleh intensitas tinggi dalam penentuan strategi perusahaan dan diikuti oleh tahapan penghantaran produk atau jasa. Fase ini terkait erat dengan hasil penentuan strategi perusahaan. Yang terakhir adalah tahap operasi. Tahap ini bakal menentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas pekerjaan atau aktifitas tertentu.
3. Kurang menguasai persoalan keuangan
Begitu kedua hal di atas beres, jebakan berikut ada di seputar persoalan pengaturan keuangan. Jangan sampai kamu meremehkan arus keuangan. Padahal, setiap bisnis yang ingin mendapat keuntungan nyata dan bekerja secara sistematis haruslah mencatat berbagai aktifitas finansial mulai dari yang paling kecil sekalipun. Parahnya lagi, banyak pengusaha yang tak mau belajar bagaimana membaca cash flow dan hanya fokus soal produksi atau pemasaran saja. Namun, dari semua kesalahan terkait keuangan, kebiasaan mencampur aduk rekening usaha dan rekening pribadi merupakan yang paling fatal.
4. Tidak memahami teknik periklanan
Satu hal lagi yang menjebak adalah teknik periklanan. Tak sedikit iklan usaha yang salah sasaran. Kebanyakan pengusaha menggunakan pola pikir pribadi dalam menilai iklan yang efektif. Padahal, kebanyakan orang atau calon konsumen tak menyimak iklan: Orang hanya menyimak apa yang mereka ingin simak. So, pastikan iklan perusahaan menarik bagi target pasar. Jangan pula terjebak rayuan medsos atau Internet. Banyak pengusaha sekarang ini yang menganggap akun medsos mereka bisa dipakai layaknya papan iklan raksasa di jalanan. Kalau ingin produk atau jasamu laku, berinteraksilah dengan sesama – dan mulai lah berhenti hidup di dunia maya.
5. Salah memperhitungkan ongkos produksi
Kebanyakan pengusaha memandang pasar sebagai tantangan yang harus ditaklukkan. Mau tak mau, guna memikat konsumen dan memenangkan persaingan, mereka menempatkan harga yang terlampau murah untuk barang atau jasa yang diberikan. Hal ini bisa jadi bumerang mengingat ini berarti Anda selaku pengusaha tak menghargai upaya pribadi maupun karyawanmu.
Triknya, ketahuilah dimana kompetitor kamu menghabiskan ongkos produksi dan jangan pernah menjadikan ‘yang paling murah di pasar’ guna memenangkan persaingan. Dan, yang pasti, jangan pernah ragu dan segan untuk menagih begitu produk dan jasamu telah diberikan karena hal itu menyangkut citramu di mata klien dan juga pundi perusahaan.
6. Merekrut orang yang salah
Terkait dengan persoalan teknis, pengusaha harus memastikan telah merekrut orang yang tepat untuk posisi yang disediakan. Jangan sampai kamu merekrut untuk posisi yang tidak diperlukan. Dan pastikan pula kamu telah memiliki tenaga layanan pelanggan yang handal karena customer service merupakan benteng pertahananmu pasca penghantaran produk atau jasa pada klien.
7. Kurang memahami diri sendiri
Hal terakhir terkait dengan karakter personal dimana gaya hidup pengusaha menjadi sorotan. Untuk itu, kamu harus memahami dimana letak kekuatan dan kekurangan pribadi. Jangan sampai hanya karena gengsi, kamu memutuskan untuk memilih bisnis skala besar dengan kapasitas produksi tinggi. Padahal, kamu sendiri menghendaki bisnis berskala kecil. Jangan terjebak pada pencitraan yang tidak semestinya.
Sisters, menjadi pebisnis artinya menjadi sosok yang rasional dan sanggup mempertanggungjawabkan setiap rupiah yang masuk dan keluar dari kantongmu, itu yang pasti.