Hai Sisters! Usai menamatkan pendidikan, kamu dan jutaan anak muda lain sewajarnya mencari pekerjaan. Persaingan yang ketat nggak jarang bikin satu sama lain “gontok-gontokan”. Di tengah kompetisi seketat ini, keahlianmu dalam mencari kerja adalah harga mati — kesalahan khas pemula mesti sebisa mungkin kamu hindari. Kalau tidak, kesempatan untuk mendapat pekerjaan yang sudah lama jadi cita-cita bisa hangus begitu saja.
Nah, supaya makin mudah mengamankan karier yang kamu incar, jangan sampai melakukan kesalahan-kesalahan di bawah ini, ya!
IPK atau prestasi akademik yang “wow” memang bisa membantumu dalam proses seleksi administrasi. Persyaratan umum IPK minimal 3,00 sudah pasti bisa kamu lewati. Tapi kalau kamu merasa prestasi akademik saja bisa membuatmu mudah mendapat kerja, mungkin sebenarnya kamu nggak sepintar yang kamu kira…
Tahap seleksi pekerjaan nggak cuma seleksi administrasi saja, lho. Ada juga tahap FGD, psikotes, tes kesehatan, dan wawancara. Artinya, kualitasmu secara menyeluruh akan turut menentukan. Transkrip kuliah bukan sertifikat tanah, mereka gak bisa dijadikan jaminan!
Petinggi perusahaan atau departemen HRD-nya pasti sudah berpengalaman membaca ribuan CV sebelum dokumenmu sampai di layar komputer mereka. Artinya, mereka sudah bisa menilai karakter pelamar berdasar CV yang dikirimkan. Mereka pun bisa membedakan pelamar yang serius dan pelamar yang asal masukin lamaran.
Gimana mereka bisa tahu seseorang cuma asal ngelamar?
Eh, kecil-kecil udah rewel! Asal tahu saja, fresh graduates minim pengalaman digaji kecil itu biasa. Kalau sudah di atas UMR, perusahaan sudah memberikanmu upah yang adil kok.
Cobalah untuk rendah hati. Sebagai fresh graduate, kamu belumlah punya pengalaman atau insting yang terasah oleh industri di mana perusahaanmu bergerak. Kamu bagaikan kertas kosong dan perusahaanlah yang akan “mengisimu” dengan berbagai ilmu.
Nah, makanya ada yang dinamakan jenjang karier. Seiring pengalamanmu bertambah, keahlianmu terasah, perusahaan pelan-pelan akan menaikkan gajimu sesuai dengan skema yang disepakati antara kamu dan atasan. Jadi, jangan khawatir kalau gaji pertamamu “cuma” sekian.
Sewaktu wawancara kerja, kamu pasti ingin menampilkan sisimu yang positif-positif saja. Karena itulah, perusahaan ingin tahu kamu orang yang seperti apa di luar wawancara kerja. Memantau aktivitas media sosialmu adalah salah satu strategi mereka.
Jadi mulai sekarang, cobalah untuk tidak share yang gak perlu di media sosialmu. Postingan yang isinya menggerutu, marah-marah, dan menggosipkan orang di-delete aja, apalagi kalau publik bisa membacanya. Salah-salah, pewawancara yang sudah terpikat denganmu jadi bete lho ketika tahu kamu menyebarkan hoax di Facebook…
Sekarang, sudah banyak panduan membuat CV yang apik dan meyakinkan di internet. Dengan ini kamu bisa dengan mudah membuat CV yang cemerlang dan terstruktur. Tapi, CV yang cemerlang juga harus dibarengi dengan komitmen untuk melatih diri menyiapkan wawancara. Jangan sampai kamu datang wawancara dengan kepala yang kosong. Justru sehari sebelum wawancara, sibukkan dirimu dengan membaca-baca informasi tentang perusahaan tersebut serta industri di mana perusahaan itu berkecimpung.
Apa sih yang perusahaan itu punya, sehingga kamu memilih melamar ke sana alih-alih pemain lain di industri yang sama? Bagaimana perkembangan industri tersebut saat ini dan di masa yang akan datang — serta bagaimana ini bisa selaras dengan pengembangan dirimu sebagai individu? Jangan masuk ke bilik wawancara sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan itu!
Gimana Sisters? Kamu pernah mengalaminya?