Hai Sisters! Berbicara mengenai wanita dan hak-haknya, pasti tak asing dengan feminisme, kan? Paham ini cepat berkembang di masyarakat Indonesia, walaupun sebenarnya masih ada kesalahmpahaman yang terjadi.
Feminisme dianggap melemahkan posisi wanita karena menuntut tempat spesial di masyarakat. Padahal inti dari paham ini merupakan kesetaraan hak-hak wanita di masyarakat, bukan mendapatkan tempat lebih spesial dibandingkan pria. Nah, ini sebenarnya beberapa kesalahpahaman tentang feminisme yang perlu kamu ketahui. Simak, ya!
Sisters, salah satu yang paling sering terjadi ketika membicarakan paham feminisme adalah anggapan bahwa gerakan ini dilakukan sebagai bentuk kebencian kepada kaum pria. Padahal, feminisme memiliki ideologi yang memperjuangkan kesetaraan wanita di bidang politik, ekonomi, budaya, maupun ruang publik. Feminisme tidak mengajarkan paham untuk membenci kaum pria, hanya saja feminisme diciptakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan gender di dalam kehidupan bermasyarakat.
Feminisme pada dasarnya tak hanya diperuntukan bagi kaum wanita saja, melainkan pada kaum pria juga, lho, Sisters. Feminisme hadir untuk mendobrak standar gender antara wanita dan pria, serta mengubah norma seksual dan praktik-praktik seksis yang membatasi keduanya. Paham ini juga berusaha mendobrak paradigma di masyarakat mengenai batas-batas kaku maskulinitas tradisional pada pria. Misalnya saja, yang boleh menangis bukan hanya wanita, pria juga memiliki ruang untuk menangis jika merasa sedih. Begitu pula ketika ke salon, pria juga berhak merawat diri ketika ingin melakukannya. Feminisme percaya bahwa antara pria dan wanita memiliki akses yang sama dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan bermasyarakat.
Sisters, selama ini banyak dari para feminis yang memiliki keluarga bahagia. Selama pernikahan tersebut dikaruniai kebahagiaan, kesetaraan, serta menghargai nilai-nilai pribadi, hukum, dan sosial, tak ada alasan untuk menolak perkawinan. Apa yang ditolak feminis dalam masyarakat adalah penilaian yang mengatakan bahwa pernikahan merupakan 'tempat terbaik bagi perempuan', memberi sanksi sosial kepada mereka yang memilih tidak menikah dan bercerai, juga ketika pernikahan digunakan sebagai cara mengontrol para wanita.
Beberapa orang menentang adanya feminisme karena dinilai tidak cocok diterapkan di Indonesia. Gerakan ini dikritik karena kecenderungannya mengabaikan kasta, agama, bahkan diskriminasi pada ras dan etnis. Ada juga yang percaya bahwa feminisme mempersulit ide mengenai gender di masyarakat. Walaupun sebenarnya, paham feminisme sendiri sudah ada sejak dulu, bahkan di wilayah non-Barat, Afrika, dan Asia meskipun dengan fokus-fokus yang sedikit disesuaikan dengan konteks lokal.
Sisters, kalau kamu memperhatikan sekitar, di tahun 2019 ini masih banyak masalah ketimpangan pada masyarakat yang cenderung tidak memihak pada wanita. Bahkan pada kasus pemerkosaan pun terkadang tak berpihak pada wanita sebagai korban. Beberapa masalah yang saat ini masih sering terjadi di antaranya lapangan pekerjaan yang tidak ramah pada kaum ibu, banyak anak perempuan yang putus sekolah dan akhirnya dinikahkan karena orang tua beranggapan anak perempuan tak menguntungkan dari segi investasi ekonomi, hingga memperbolehkan pernikahan di bawah umur yang kebanyakan memicu KDRT dan kemiskinan.