Hai Sisters! Perkembangan industri di dunia saat ini berkembang dengan pesat. Industri di dunia mulai tumbuh sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1819, yang disebut juga sebagai era industri ke-1. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, di tahun 1870 mulai berkembang industri manufaktur, dengan hadirnya alat mesin industri dan proses Bessemer yang menghasilkan baja. Di revolusi industri ke-2, mulai dikenal produksi massal berdasarkan pembagian kerja.
Menjelang tahun 1970, teknologi terus berkembang. Elektronika dan teknologi informasi mulai tumbuh, termasuk dengan otomatis produksi. Di era ini, mulai hadir pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yang ditandai dengan sistem otomatisasi komputer. Sehingga mesin industri tidak dikendalikan lagi oleh manusia. Teknologi ini berdampak biaya produksi menjadi lebih murah. Era ini disebut juga sebagai era revolusi industri ke-3, Sisters.
Dan kini, dua abad sejak revolusi industri pertama hadir, dunia mulai digegerkan dengan hadirnya revolusi industri ke-4. Revolusi industri ke-4, ditandai dengan dimulai era cyber physycal system. Dalam revolusi industri ke-4, sebuah pabrik mulai menjalankan semua proses produksi dengan otomasi, penggunaan internet di seluruh lini. Pabrik dijalankan dengan cara internet of think (IoT), yaitu operasi kegiatan dilakukan dengan koneksi internet. Istilah revolusi industri 4.0 pertama kali diangkat di Jerman dalam sebuah seminar. Adapun di Indonesia, revolusi industri 4.0 mulai ramai dibicarakan pada dua tahun terakhir.
Revolusi Industri di Indonesia
Nah, sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta, dimana 60% adalah penduduk usia produktif, dan pada tahun 2030, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Pemerintah melalui Kementrian Perindustrian mulai merancang kebijakan menghadapi industri 4.0, khususnya di 5 sektor prioritas, yaitu : 1. Makanan dan minuman, 2. Tekstil dan pakaian, 3. Otomotif, 4. Elektronik, dan 5. Kimia. Pada kelima sektor industri ini, sudah mulai digunakan sistem otomatis dan penggunaan robot pada proses produksi. Begitu pula, penggunaan internet juga mulai dihubungkan dengan operasional pabrik. Dampaknya adalah penggunaan tenaga kerja yang jauh berkurang dikarenakan internet mampu mengerjakan proses yang dilakukan manusia.
Sehingga menghadapi revolusi industari 4.0, diharapkan masyarakat Indonesia terus meningkatkan kompetensi terutama berkaitan dengan bidang digital. Bagi generasi baby boomer maupun generasi X yang lahir sebelum tahun 1990, masih banyak yang tidak familiar dengan internet. Akan tetapi, bagi generasi Y dan Z yang lahir setelah tahun 1990, umumnya sudah sangat familiar dengan internet. Sehingga juga merupakan generasi yang “digital native” artinya sangat berhubungan dekat dengan internet.
Menghadapi revolusi industri 4.0, walaupun baru sebagian generasi native digital yang memahami digital, akan tetapi ke depan, interaksi digital adalah sebuah keharusan. Tidak ada lagi istilah gaptek, atau tidak kenal internet. Sedikit demi sedikit, kegiatan masyarakat mulai menggunakan digital, seperti penggunaan non cash untuk pembayaran tol maupun transportasi masal, pembelian online, serta lainnya, Sisters.
Untuk itu, pendidikan dan pengetahuan mengenai bidang digital harus dimiiliki oleh masyarakat, dimanapun tinggalnya, dalam strata ekonomi apapun. Pemerintah melalui pusdiklat Industri sedang mengembangkan program pendidikan SMK, vokasi dan politeknik. Selain itu juga Pusdiklat Industri menyediakan 1 juta sertifikasi berdasarkan standar kompetensi keahlian nasional Indonesia. Strategi yang dilakukan adalah melalui kolaborasi dengan industri (link and match).
Selain mendorong peningkatan kualitas pendidikan masyarakat dan penyediaan lapangan kerja, pemerintah juga menyediakan peluang usaha melalui industri kreatif. Perkembangan industri kreatif diharapkan akan terus meningkat, seiring berkurangnya ketersediaan sumber daya alam di Indonesia. Dengan adanya pengembangan industri kreatif, diharapkan akan ada produk-produk kreatif berbasis pengetahuan, dan ide kreatif. Dari 16 sub sektor industri kreatif, terdapat 4 sub sektor yang sedang didorong oleh kementrian perindustrian, antara lain : 1. Fashion, 2. Kerajinan, 3. Animasi dan video, dan 4. Permainan interaktif (game). Keempat sub sektor ini, dapat dijual dengan nilai tinggi, karena membutuhkan pengetahuan dan kreatifitas pelakunya.
Sekarang kembali kepada kita, Sisters, apakah akan menjadi pemain atau penonton. Berbagai potensi yang ada di Indonesia tentunya harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga sudah bukan saatnya lagi untuk mengalah kepada keadaan. Kita harus menyiapkan diri dari sekarang untuk dapat memenangkan persaingan di tingkat dunia.