Sisters, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produktivitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, dan dan keproduktifan. Makin produktif seseorang, maka nilai yang dihasilkannya juga kian tinggi.
Maksudnya adalah seseorang yang mampu mengoptimalkan atau memaksimalkan tenaga, waktu, serta kemampuan berpikirnya dalam aktivitas sehari-hari, maka berarti ia telah menciptakan suatu daya baru yang bermanfaat. Ia tidak menghilangkan sedikit pun kesempatan apalagi waktu yang telah disediakan oleh Tuhan untuknya.
Misalnya saja, saya adalah seorang freelancer yang bekerja dari rumah dan menentukan jam kerja sesuai dengan keinginan diri sendiri. Padahal saya memiliki waktu bersantai sebanyak 2 hingga 3 jam, tetapi saya memilih memanfaatkannya untuk melakukan riset di media sosial yang menghasilkan berbagai penemuan baru tentang sebuah berita atau perilaku masyarakat tertentu.
Nah, hasil tadi itulah yang disebut dengan daya produksi. Sebab, secara tidak langsung ia telah mendapatkan satu bahan untuk dijadikan dasar sekaligus pedoman dalam menulis berita yang kredibel dan akurat.
Kemudian, apa hubungannya dengan dunia digital dan Smartphone?
Pertama, kita pasti sudah merasakan bagaimana teknologi mengubah gaya dan pola hidup masyarakat, bukan? Mulai dari pembelian makanan yang semula harus dilakukan secara on the spot (datang ke tempatnya langsung), tetapi sekarang hanya dengan beberapa klik via Smartphone, hidangan itu sudah sampai di depan rumah.
Singkatnya, sebuah perangkat berbasis teknologi rupanya mampu menghidupkan, mengubah, dan mengembangkan berbagai aktivitas manusia menjadi lebih efektif juga efisien. Ini artinya, satu penemuan yang diimplementasikan melalui aplikasi lalu dimanfaatkan oleh masyarakat, maka akan memicu kemunculan aplikasi lain yang serupa. Sebut saja seperti aplikasi menulis, menggambar, mendesain, editing, dan sebagainya.
Entah di sini sebagai pengguna atau justru pembuat aplikasi tersebut, jika sama-sama memanfaatkannya dengan baik dan konsisten, maka sebetulnya kita sedang membangun produktivitas secara langsung.
Kedua, keberadaan aplikasi dalam Smartphone ternyata mensugesti masyarakat secara massive sehingga mereka mulai berbondong-bondong untuk membeli gadget tersebut. Dalihnya pun cukup sederhana, yakni "Tenyata Smartphone bisa menyimpan segudang kegunaan yang bisa kita kembangkan sendiri".
Siapa bilang Smartphone hanya untuk bermedia sosial?
Siapa bilang Smartphone hanya untuk selfie?
Siapa bilang Smartphone hanya untuk gaya dan status kepemilikan saja?
Faktanya, banyak sekali yang bisa kita lakukan dengan Smartphone. Tidak hanya untuk bekerja, tetapi juga menyalurkan hobi yang menghasilkan value serta kepuasan bagi diri kita sendiri.
Saya termasuk orang yang menggunakan Smartphone untuk mendukung berbagai macam kegiatan dan kepentingan, termasuk menulis dan meng-edit foto. Mungkin malah bisa dikatakan kami seperti kawan yang saling memanfaatkan satu sama lain. Enggan rugi dan tidak mau hanya begitu-begitu saja.
Dengan smartphone segala tujuan dan agenda yang saya jadwalkan dapat berjalan mulus. Mulai dari bangun pagi dengan menyetel alarm, membuka notes, membalas E-mail klien, laporan revisi pekerjaan, dan mengunggah konten di Fanspage maupun update cerita di Platform Social Blogging tempat saya menulis. Hampir semua saya lakukan dengan smartphone dan bantuan laptop (untuk kegiatan berat).
Tidak hanya saya seorang, tiga orang teman di dunia maya juga melakukan hal yang sama. Sebut saja namanya Nur. Ia adalah salah satu teman yang bekerja sebagai content writer di bawah nama agensi. Sudah lama komputernya rusak dan ia belum membawanya ke tempat servis. Ketika saya memberikan saran, ia lebih dulu curhat kalau menulis menggunakan smarthpone lebih menyenangkan karena bisa sambil tiduran dan nyaman ber-google voice.
Kemudian ada Agung yang memiliki fanspage dengan jumlah pengikut 22.000 lebih. Ia tidak hanya membagikan kutipan bijak, tetapi juga menerima promo dari banyak Online Shop. Saya pikir untuk melakukan editing konten itu memerlukan laptop, rupanya ia hanya memanfaatkan fitur yang ada di smartphone saja. Katanya sih karena penawaran harga paid promo yang rendah, ia masih menabung untuk membeli laptop.
Terakhir adalah Yuli. Ia sempat menuturkan bahwa untuk menghasilkan naskah cerpen maupun novel, selama ini menggunakan aplikasi yang ada di Smartphone. Bukan karena tidak mau membeli laptop atau PC, tetapi karena dirinya merasa lebih fleksibel dan kurang suka ribet. Di mana pun bisa menulis dan tidak memakan tempat.
Dari mereka saya belajar dan mengamati, jika ternyata smartphone tak ubahnya menjadi media yang mampu menggerakkan anak muda sebagai bagian dari pelaku dunia digital. Sebab, tanpa mereka juga orang akan berpikir bahwa benda berukuran minimalis tersebut hanya bisa digunakan untuk ini atau itu saja. Padahal banyak.
Saya juga berpikir begini; teknologi telah berhasil mendominasi seluruh kegiatan bahkan pekerjaan manusia di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Bahkan beberapa negara banyak yang menerapkan sistem berbasis smartphone.
Lalu, mengapa kita tidak mencoba untuk membuka diri dan turut mengembangkannya? Bukan sekadar pengguna pasif, melainkan juga memberikan nilai guna yang bisa menghasilkan sesuatu lebih. Ya, lebih berkualitas, lebih banyak, dan lebih bermanfaat.
Saya juga kerap menekankan kepada diri sendiri "Jangan sampai kamu membeli smartphone tetapi waktu terbuang sia-sia dan benda itu hanya jadi pajangan saja. Padahal untuk mendapatkannya, kamu sudah bekerja keras pagi dan malam. Itu tidak gratis! Kamu harus memanfaatnya dan bagaimana ia mampu menyalurkan segala kreativitasmu". Dari sana, motivasi untuk terus berkembang dan mencari ide dalam berkarya selalu muncul.
Terlebih lagi, salah satu kunci kemajuan sebuah bangsa juga bisa dilihat dari seberapa tinggi nilai produktivitas masyarakat, terutama generasi millenial yang digadang-gadang menjadi pembawa gebrakan baru ke depannya.
Ketika sebuah negara ingin menjadi bagian dari perubahan global, maka mereka tidak hanya menyiapkan generasi yang mengerti bagaimana mendapatkan smartphone, tetapi juga cara mengoperasikannya. Jika bisa menjalankan, maka bisa menguasai.
Jadi harapan saya berikutnya yaitu kita sama-sama tumbuh menjadi anak muda dan dewasa yang memanfaatkan hal kecil untuk mencapai sesuatu yang besar. Mengubah yang tampak biasa menjadi luar biasa.
Sekali lagi, dengan smartphone kita tidak sekadar bisa tetapi juga mampu. Bukan sekadar angan tetapi juga nyata. Bukan cuma followers tetapi juga pioneer.