Hai Sisters! Menjadi orang yang perfeksionis ada plus minusnya. Plusnya kita jadi bisa memastikan semua berjalan dengan baik sesuai keinginan. Nah, minusnya adalah kadang kita jadi gampang stres kalau ada sesuatu yang berjalan tak sesuai dengan rencana atau keinginan, bukan? Walaupun kamu mengaku perfeksionis, tapi ternyata apapun itu, hasilnya ada saja yang tidak sempurna, mengapa? Yuk, simak lebih lanjut!
Sisters, biasanya orang yang perfeksionis akan berpikir dan bertindak secara ekstrim. Misalnya, kamu berhasil memenangkan sebuah kuis. Setelah itu, kamu jadi memburu semua kuis yang ada supaya bisa menang. Kalau tidak berhasil juga, kamu akan mencoba terus dengan berbagai cara. Bahkan curang sekalipun. Well, inilah salah satu alasan mengapa si perfeksionis tidak selalu perfect!
Sebagai seorang yang perfeksionis, biasanya kamu jarang mendelegasikan pekerjaan pada orang lain. Ini karena kamu tidak mudah percaya pada orang lain. Kamu lebih tenang jika bisa mengerjakan sebuah pekerjaan dengan tanganmu sendiri, sesuai dengan keinginan dan standarmu, Sisters. Tapi jangan salah, hal ini kadang membuat si perfeksionis akan menjadi diri yang individual, karena tidak mudah bekerja dalam sebuah tim.
Sisters, kalau kamu seorang yang perfeksionis, bukannya kamu tidak bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan, hanya saja kamu selalu merasa ragu. Merasa ada saja yang belum sempurna. Sehingga kamu terus mengulangi hal yang sama berulang kali sampai mendapat hasil yang benar-benar sesuai standarmu. Hal ini bisa memberatkan, karena menggunakan waktu yang terlalu lama dan tidak efisien.
Sebuah kesalahan kecil sudah bikin si perfeksionis stres tidak karuan. Alih-alih fokus dan lega dengan sesuatu yang berhasil di kerjakan, si perfeksionis ini malah stres dengan satu kesalahan kecil yang sebenarnya sepele. Ini yang bisa membuat orang merasa selalu kurang, bukan begitu, Sisters? Baiknya, kesalahan kecil dijadikan pengalaman dan pembelajaran, ya!
Tak pernah merasa puas. Selalu saja merasa kurang. Dan penyesalan selalu hadir. Itulah si perfeksionis. Setelah selesai menyelesaikan sesuatu pun, si perfeksionis selalu berkata, "Ah, seharusnya aku melakukan ini." Terus dihantui perasaan kecewa karena tak melakukan hal yang seharusnya dilakukan meski sebenarnya sudah melakukan yang terbaik.
Well, nobody’s perfect, bukan?