Sisters, siapa di antara kamu yang suka menonton tayangan televisi My Trip My Adventure? Acara yang mempertontokan trip yang adventurous di seantero Indonesia ini suka bikin deg-degan seru. Di balik tayangan ini dan para host-nya yang keren ada sosok Christianus Hutanijaya yang memimpin sebagai produsernya.
Di episode Man of the Week kali ini, mari berkenalan dengan pria penggemar traveling dan diving ini. Christianus yang menggawangi program MTMA ini berbagi kisah tentang profesinya sebagai produser di Sisternet. Mari disimak, Sisters!
Halo, mas! Bisa diceritakan siapa sebenarnya sosok Christianus Hutanijaya?
Christianus itu pecinta traveling, photography enthusiast, produser My Trip My Adventure (MTMA). Berhubungan sama traveling banget hidupnya. Padahal dulu sebelum pegang acara MTMA, aku itu anak mall. Injek rumput aja geli. Tapi seiring waktu, saya belajar dan jatuh cinta sama alam. Saat gak traveling selalu berasa kangen sama laut, gunung.. Pokoknya kalau lagi traveling berasa kembali ke dunianya.
Wow, dari anak mall berubah jadi anak traveling ya. Bicara tentang MTMA, bagaimana sih awal terjadinya program ini? Apa yang jadi inspirasi, serta visi dan misi MTMA, mas?
Standar. Pengen bikin program traveling yang beda, edukatif, ada adventure-nya, tapi bukan explore tempat wisata. kalau selama ini acara traveling kan hanya ke lokasi-lokasi wisata aja. Makanya saat itu pengen nunjukin sisi indonesia yang lain. Pada dasarnya, pengen bikin program yang bisa bikin kerja sambil jalan-jalan keliling lihat keindahan Indonesia.
Asyik. Seru, seru. Terus selama jadi produser MTMA, ada pengalaman yang paling berkesan?
Pengalaman paling menarik ya bisa keliling indonesia dan melihat keindahannya sampe pelosok terpencil yang belum tentu semua orang bisa lihat. Kayak waktu itu saya berkesempatan mengunjungi Maluku Barat Daya. Daerah yang jauh banget dan aksesnya masih susah sampai kita harus charter pesawat segala buat sampai ke sana. Tapi begitu sampai di situ, wow, luar biasa. Saat itu baru sadar, kalau Indonesia setiap jengkalnya emang indah banget.
Omong-omong, jalan-jalan terus, nggak homesick atau bosan, nih?
kalau soal homesick pasti apalagi kalau jadwal syuting lagi padat banget sebulan bisa full trip, pulang pagi, malem langsung terbang lagi. Sampai koper ada dua, jadi gak usah packing lagi. Nah, pas lagi kaya gitu suka berasa kangen rumah, kangen istri, kangen main sama anak-anak.
Wah, kalau sudah kangen keluarga begitu, bagaimana?
Jadi kalau sudah pulang, bisa ada kesempatan di rumah, ada kesempatan bisa sama keluarga, pasti dimanfaatkan banget, deh. Biar ada teman yang ngajak jalan, mending jalan sama keluarga aja.
Paling sedih itu semenjak 4 tahun di MTMA, selama itu pula gak bisa ngerayain ultah istri. Soalnya ultahnya barengan sama MTMA. Sampai waktu itu bikin ucapan selamat ulang tahun di puncak Pulau Padar pake drone. Eh, tanpa sadar nangis sendiri gara-gara kangen rumah.
That's so sweet, mas! Terus, jalan-jalan melulu ada bosannya nggak?
Thanks! kalau dibilang bosan kayanya enggak, deh. Soalnya walaupun sudah bolak-balik ke suatu daerah berkali-kali, tetap aja ngerasa selalu ada yang baru yang bisa dikasih sama alam ke kita.
Selalu ada yang berbeda dalam tiap perjalanan, ya. Ada nggak perjalanan yang berbahaya banget?
Wah, banyak banget! Kita pernah menerjang badai. Empat jam di atas kapal speed boat yang ombaknya tinggi banget. Waktu itu kita semua yang di kapal, termasuk Nadine dan Rikas, selama 4 jam badan basah terus. Ombak dan air laut selalu masuk ke boat. Dan, itu kita semua harus pakai masker diving, snorkel, dan fins diving. Biar stand by kalau sewaktu-waktu kapal terbalik, langsung bisa berenang ke Pulau terdekat.
Terus pernah juga di Sumba naik sampan kecil yang akhirnya terbalik kehantam ombak besar dan kekurung di bawah sampannya. Akhirnya harus berenang naik ke karang buat menghindari ombak sampai kaki lecet-lecet kena karang tajam. Pulang dari pulau sehabis sunset, kemalaman, terus bensin kapalnya habis. kalau sudah begitu, cuma bisa berdoa semoga masih bisa dikasih keselamatan dan pulang ketemu keluarga.
Ini seram! Tapi terima kasih atas kerja kerasnya, para penonton dapat sajian yang keren. Sebaliknya, ada nggak trip yang bikin kecele? Kalau sudah kecele, apa yang dilakukan?
kalau trip kecele sering banget, jadi orang di pelosok itu antusias banget buat nunjukin kalau daerahnya tuh bagus. Jadi pas kita tanya, misal "ke air terjun ini jauh gak?", selalu bilangnya "enggak. Dekat, kok. Paling 1 jam". Padahal jauh! Jadi, kalau orang lokal bilang 1 jam, pasti jaraknya tuh sekitar 2 jam. Dua kali lipat dari yang mereka bilang.
Kayak waktu di Kalimantan, diajak lihat air terjun yang katanya gak jauh. Tapi kenyataannya kita harus trekking di dalam hutan sekitar 3 jam. Pas sampai air terjun, ternyata air terjunnya kaya air mancur. Kecil banget arusnya.
kalau sudah begitu, aku sebagai produser harus lebih dewasa dibanding yang lain. Yang aku jaga bukan mood aku sendiri, tapi mood para host dan kru juga. Jadi gak boleh marah-marah dan bikin mood yang lain jadi rusak. Harus tetap cool, cari jalan keluar, padahal mah sudah pusing.
Untungnya, karena MTMA sudah jalan cukup lama, 4 tahun, kita, kru dan host sudah kayak keluarga. Saling semangatin satu sama lain. Dan, punya prinsip kalau keseruan itu, ya, kita sendiri yang ciptain. Jadi biar tempatnya jelek, kena hujan dan badai, kalau kita gak nyerah dan tetap seru, InsyaAllah, kita bisa bawa pulang dan mempersembahkan tayangan yang seru juga.
Wuih, asyik. Solid banget nih team work-nya. Nah, terlepas dari program MTMA itu sendiri, salah satu tantangan terbesar bekerja sebagai produser itu apa, mas?
Tantangan terbesar itu, bagaimana bisa terus menyajikan tayangan yang menarik bagi penonton dan rating share-nya bagus. Apalagi MTMA sudah 4 tahun, pasti hampir semua daerah sudah pernah didatangin. Jadi, harus terus ada sesuatu yang baru di setiap tayangan biar penonton gak bosan
Selain itu, sebagai produser juga harus bisa membawa timnya untuk menjadi yang terbaik. Harus terus coaching anak-anaknya biar mereka juga bisa berkembang dan suatu saat bisa jadi produser hebat.
Bicara soal budget produksi, sebagai produser harus mempertimbangkan nominal atau yang penting rating naik, mas?
Sebagai produser kita harus membuat tayangan yang menarik dan rating harus bagus. Tapi tetap, budget harus dijaga.
Semua orang bisa membuat tayangan yang bagus dengan budget yang besar, tapi produser yang hebat membuat tayangan yang bagus dari segala keterbatasan yang ada.
Setuju! You gotta make do with what you have. Oh iya, ada nggak cara khusus mempertahankan reputasi keren MTMA sebagai tayangan yang adventurous?
Cara khusus sih gak ada. Hanya kita gak pernah bekerja, tapi bersenang-senang. Jadi, yang sampai ke penontonnya juga yang senang-senang.
Kalau pas merencanakan program memilih crew dan pembawa acara untuk MTMA bagaimana?
Kalau crew gak bisa milih, karena dikasih orang, siapa pun, kayak bagaimana pun, harus terima dan dibuat bagus. Tapi biasanya seleksi alam sih. Yang gak suka traveling pasti akan mundur dengan sendirinya.
Kalau host juga mirip begitu. MTMA paling picky pilih host. Gak semua orang bisa jadi host MTMA. Gak cukup cuma ganteng atau cantik. Gak cukup cuma terkenal. Mereka harus punya keterikatan dengan alam dan harus berani mencoba.
Gak semua yang jadi host punya keahlian khusus, tapi mereka semua punya kemauan. Tapi beberapa di antara mereka dipilih karena memang punya skill tertentu. Kayak Marshall, dia adalah dive master. Nadine juga seorang diver pecinta lingkungan. Dan, mereka semua yang pasti harus gak boleh takut hitam.
Yang terakhir pasti penting banget, ya!
Iya, kalau gak susah. Sedikit-sedikit minta payungan hahaha
Omong-omong, Mas Christianus juga seorang diver? Belajar di mana? Boleh dong rekomendasiin buat Sisters.
Belajar diving open water di Kristal Klear Dive sama Mas Alvin. Terus untuk advanced di Black Marlin Diving Indonesia di Pulau Togean sama Mas Dalton.
Punya tempat diving favorit?
Tempat diving favorit sejauh ini di Batu Bolong, Labuan Bajo, sama Misool, di Nudie Rock.
Asyik. Dicatat ya para Sisters yang ingin diving. Balik lagi ke profesi sebagai produser, buat Sisters yang mungkin kurang paham dunia balik layar, apa sih yang jadi pekerjaan fundamental seorang produser?
Seorang produser itu sebagai pimpinan dari suatu program. Jadi, produser yang mengarahkan mau kemana program ini dibuat. Pekerjaannya mulai dari pre-production seperti bikin budget, brainstorming sama tim kreatif. Terus leading di lapangan saat syuting, briefing artis, jadi decision maker.
Kalau tiba-tiba lokasi yang didatengin zonk harus ngapain? Kalau tiba-tiba hujan dan badai di tengah laut, mau lanjut atau mau balik? Kalau tiba-tiba kabut, gak dapet sunrise, harus ngapain?
Pas post-production pun, seperti editing, harus ditungguin. Mau pakai backsound seperti apa? Adegannya mau di-slow motion? Atau mau dibuat seperti apa? Sampai print dan akhirnya tayang, habis itu langsung mikir lagi, selanjutnya mau ke mana, bikin apa lagi. Gak abis-abis!
Wah, lengkap ya. Dari pra-produksi, syuting, sampai pasca-produksi seorang produser terlibat di semua halnya. Suka-dukanya apa nih, mas?
Sukanya bisa keliling Indonesia gratis. Bisa punya foto-foto bagus. Bisa diving gratis. Dukanya, jadi Bang Toyib jarang pulang, hehehe.
Benar juga. Omong-omong, Mas Christianus memang dari awal ingin jadi produser atau kecemplung?
Jujur, awalnya gak pernah tahu maunya jadi apa. Aku gak pernah tertarik juga buat kerja di TV. Tapi waktu masuk dan kerja di TV, aku ngerasa kok ngejalanin semua ini dengan senang ya. Kerjanya dinamis banget, gak ngebosenin. Dan aku melihat, kayaknya I'm pretty good at it.
Waktu itu aku masih Production Assistant, akhirnya aku mutusin buat mengejar karier jadi produser. Alasannya, di TV, di suatu program, producer is the boss. Bukan director. Bukan executive producer. Bukan kepala departemen. Bukan kepala divisi. But producer is the boss. So, karena aku mau bikin program sesuai kemauanku, akhirnya aku mutusin buat giving the best supaya bisa jadi produser. Akhirnya, I did it, yeay!
Yeay! Jadi sebenarnya, nggak perlu harus tahu mau jadi apa dulu, ya, untuk bisa mengejar karier. Bisa dimulai dari kenalan dulu dengan kerjaannya. Plus attitude bekerja dengan senang. Okay, last! Ada pesan untuk Sister yang ingin jadi produser?
Yang ingin jadi produser. Klise, sih: Love your job, jadi kamu gak berasa kerja. Dan yang pasti, love the pressure, the pressure is good for you.
Noted, Mas Christianus! Sukses terus dengan kariernya sebagai produser!
Sama-sama, Sisters!