Hai Sisters! Secara tidak sadar kita menyebutkan beberapa istilah yang biasa kita dengar sejak lama. Istilah yang sebenarnya jauh dari arti kata sesungguhnya, namun tetap saja kita mengerti maksudnya.
Apakah kamu tahu asal muasal istilah-istilah tersebut? Yuk, intip di bawah ini!
Istilah copycat adalah sebutan untuk orang yang suka meniru-niru orang lain, tapi darimanakah asal mula kata itu berasal? Istilah copycat ternyata sudah digunakan sejak tahun 1800-an, Sisters.
Menurut ahli bahasa, kata itu kemungkinan besar berasal dari perumpamaan seekor anak kucing yang suka meniru tingkah laku induknya. Apa yang dilakukan induknya, seperti mandi dengan menjilati badan, maka anaknya juga akan melakukannya, termasuk ketika mencari makan.
Kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah buaya darat. Buaya darat yang diumpamakan sebagai laki-laki yang tidak setia pada pasangannya dan suka memiliki pasangan lebih dari satu. Naluri buaya yang terus melakukan perburuan diam-diam untuk mencari makan dan memakan mangsanya. Ia bahkan akan memakannya setelah menjadi bangkai saat ia berada dalam keadaan mendesak atau kelaparan.
Oleh karena itu laki-laki yang terus melakukan “perburuan” dan tetap mendekati perempuan diibaratkan sebagai buaya darat. Mungkin diibaratkan begitu, karena wanita terkait kadang tahu kalau jadi korban buaya darat tapi tetap menerima meskipun tahu laki-laki itu sudah memiliki pasangan.
Istilah satu ini artinya adalah air mata dan kesedihan yang tidak tulus tetapi hanya pura-pura atau penyesalan yang palsu. Mengapa sampai ada istilah seperti itu? Apakah buaya bisa menangis? Apakah buaya kalau menangis hanya pura-pura saja?
Sebenarnya buaya meneteskan air mata untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Ketika buaya memakan mangsanya, ia akan meneteskan air mata secara alami. Cairan dari kelenjar air mata buaya ini sebenarnya muncul untuk mengeluarkan kelebihan kadar garam dari dalam tubuhnya, Sisters. Kelihatannya mungkin seperti air mata penyesalan saat ia menyantap mangsanya, namun bukan itu alasannya, makanya terlihat seperti berpura-pura menangis.
Mungkin kambing hitam merupakan hewan yang paling bernasib malang, karena selalu dicari-cari sebagai pelaku kesalahan, Sisters. Sejarah kambing hitam bermula dari upacara pengakuan dosa kaum Yahudi kepada Rabi di Sinagog. Para pendosa yang datang mengakui segala perbuatan dosanya dan minta ampun atas dosa-dosanya itu di hadapan sang Rabi. Sementara si Rabi, sambil menyimak pengakuan si pendosa, ia memegang kambing hidup berwarna hitam kelam yang ada di sampingnya.
Setelah bertanya-tanya tentang kesalahan si pendosa itu, akhirnya si Rabi menyatakan bahwa seluruh dosa dan kesalahan si pendosa telah diampuni karena sudah dipindahkan atau ditransfer ke kambing hitam yang ada di sebelahnya. Mungkin inilah alasan si kambing berwarna hitam selalu disebut-sebut sebagai hewan yang bersalah.
Asal muasal istilah ini adalah dari hewan kucing pastinya. Kucing liar selalu lari dan bersembunyi terlebih dahulu bila diberikan makanan oleh manusia. Dari tempat yang menurutnya aman, si kucing memperhatikan gerak-gerik si manusia.
Ketika manusia meletakkan makanan dan meninggalkannya pergi, si kucing segera keluar dari tempat persembunyiannya kemudian memakan makanan tersebut. Dari sinilah mengapa istilah malu-malu kucing ada, jika kamu ditawari sesuatu dan malu-malu untuk menerimanya.
Kutu buku sejatinya adalah serangga yang memiliki ukuran sangat kecil, di bawah 1 mm, bertubuh lunak, tidak bersayap, memakan kapang dan bahan organik lainnya pada barang-barang tak terawat, termasuk pada jilidan buku atau bagian lainnya.
Sama seperti orang yang suka sekali membaca buku, mereka disebut kutu buku, soalnya serupa seperti si kutu buku yang beneran, orang yang disebut kutu buku melahap alias membaca semua isi buku sampai tidak bersisa, Sisters!
Sekarang sudah tahu asal muasalnya kan, Sisters?